analisis laporan keuangan vertikal dan horizontal
TUGAS MANAJEMEN INVESTASI
Analisis Vertikal Dan Analisis Horizontal
Dosen
Pembimbing : Cecep Winata, Dr. M.Si
Ruang : B
- 401
Oleh :
Nama Kelompok
1.
Ella Anggraini
43116010249
2.
Cicha Dwi Anjasmara
43116010235
3.
Ervina
Okvianita 43116010289
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS –
MANAJEMEN S1
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKRTA
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKRTA
2018
Membuat analisis vertikal dan horizontal
Analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari data – data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan
perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak – pihak yang berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio – rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap rasio – rasio keuangan akan dapat menentukan suatu keputusan yang akan diambil. Menurut Harahap (2009:195), kegunaananalisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi yang
lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang
tidak tampak secara kasat mata (explicit ) dari suatu laporan
keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit ).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang
terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang
bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik
dikaitkan dengan komponen intern maupun kaitannya dengan informasi yang
diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan
yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di
lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan.
6. Dapat memberikan informasi yang
diinginkan oleh para pengambil keputusan.
7. Dapat menentukan peringkat (rating )
perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
Menurut Kasmir (2011:68), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:
·
Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode
tertentu, baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai
untuk beberapa periode.
·
Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan.
·
Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
·
Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan kedepan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
·
Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
·
Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis
tentang hasil yang mereka capai.
Menurut Munawir (2010:36), ada
dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis
vertikal dan analisis horisontal.
1. Analisis Vertikal
Membandingkan masing-masing pos dalam periode berjalan dengan
jumlah total pada laporan yang sama dapat bermanfaat untuk menyoroti hubungan yang
signifikan dalam laporan keuangan. Analisis vertikal (vertical analisys)
adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan perbandingan semacam itu. Dalam
analisis vertikal terhadap neraca, masing-masing pos aktiva dinyatakan sebagai
persen dari total aktiva. Masing-masing pos kewajiban dan ekuitas pemilik
dinyatakan sebagai persen dari total kewajiban dan ekuitas pemilik. Dalam
analisis vertikal terhadap laporan laba-rugi, masing-masing pos dinyatakan
sebagai persen dari total pendapatan atau penghasilan. Analisis vertikal juga bisa diterapkan
untuk beberapa periode guna menyoroti perubahan hubungan sepanjang
waktu. Berikut adalah contoh analisis vertikal untuk dua tahun periode pada PT.
Jasa Akuntansi.
PT. Jasa Akuntansi
Laporan Laba/Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2010 dan 2011 (dalam 000)
2011
|
2010
|
||||
jumlah
|
persen
|
jumlah
|
persen
|
||
pendapatan honor
|
187,500
|
100.0%
|
150,000
|
100.0%
|
|
beban operasi:
|
|||||
beban upah
|
60,000
|
32.0%
|
45,000
|
30.0%
|
|
beban sewa
|
15,000
|
8.0%
|
12,000
|
8.0%
|
|
beban utilitas
|
12,500
|
6.7%
|
9,000
|
6.0%
|
|
beban perlengkapan
|
2,700
|
1.4%
|
3,000
|
2.0%
|
|
beban rupa-rupa
|
2,300
|
1.3%
|
1,800
|
1.2%
|
|
total beban operasi
|
92,500
|
49.3%
|
70,800
|
47.2%
|
|
laba bersih
|
95,000
|
50.7%
|
79,200
|
52.8%
|
Tabel di atas menunjukkan tren yang baik maupun tren yang kurang
baik yang mempengaruhi laporan laba-rugi PT. Jasa Akuntansi. Peningkatan beban
upah sebesar 2% (32%-30%) adalah tren yang kurang baik, seperti halnya kenaikan
beban utilitas sebesar 0,7% (6,7%-6,0%). Tren yang baik adalah menurunnya beban
perlengkapan sebesar 0,6% (2,0%-1,4%). Beban sewa dan beban rupa-rupa sebagai
persen dari pendapatan jasa akuntansi adalah konstan. Hasil bersih dari tren ini adalah bahwa laba bersih sebagai persen
dari pendapatan jasa akuntansi turun dari 52,8% menjadi 50,7%.
Analisis terhadap berbagai persentase yang diperlihatkan untuk PT. Jasa
Akuntansi, dapat diperkuat dengan membandingkannya terhadap rata-rata
industri yang diterbitkan oleh asosiasi dagang dan jasa informasi keuangan.
Setiap perbedaan besar dengan rata-rata industri harus ditelusuri untuk
kemajuan perusahaan kedepan.
2. Analisis
Horizontal
Adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan
untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan diketahui
perkembangannya. Dalam melakukan analisis horisontal, sutau akun laporan
keuangan tahun berjalan dibandingkan dengan akun yang sama pada periode sebelumnya.
Kenaikan atau penurunan jumlah postersebut dihitung sebagai persentase kenaikan
atau penurunan. Dalam membandingkan laporan dari dua periode yang berbeda,
laporan keuangan yang lebih awal selalu dijadikan dasar perhitungan untuk
analisis horisontal. Sebagai contoh, berikut ini ditunjukkan analisis
horisontal atas laporan keuangan PT. Angin Ribut yang memperlihatkan trend yang
baikmaupun yang buruk yang mempengaruhi laporan laba rugi perusahaan.
PT. Angin Ribut
Laporan Laba/Rugi
Untuk tahap yang berakhir 31 desember (dalam ribuan 000)
Kenaikan (Penurunan)
2011
|
2010
|
jumlah
|
Persen
|
||
pendapatan penjualan
|
187,500
|
150,000
|
37,500
|
25.0%
|
|
beban operasi
|
|||||
beban upah
|
60,000
|
45,000
|
15,000
|
33.3%
|
|
beban sewa
|
15,000
|
12,000
|
3,000
|
25.0%
|
|
beban utilitas
|
12,500
|
9,000
|
3,500
|
38.9%
|
|
beban perlengkapan
|
2,700
|
3,000
|
(300)
|
-10.0%
|
|
beban lain-lain
|
2,300
|
1,800
|
500
|
27.8%
|
|
total beban operasi
|
92,500
|
70,800
|
21,700
|
30,6%
|
|
laba bersih
|
95,000
|
79,200
|
15,800
|
19,9%
|
Pada analisis di atas, kenaikan pendapatan penjualan adalah trend yang
baik, demikian pula penurunan beban perlengkapan. Trend yang buruk adalah
peningkatan beban upah, beban utilitas, dan beban rupa-rupa. Beban ini
meningkat lebih cepat dibanding pendapatan penjualan, dengan total beban
operasi yang meningkat sebesar 30,6%.
Secara keseluruhan, laba bersih meningkat sebesar
Rp 15.800.000,-atau 19,9%, yaitu kecenderungan atau trend yang
menunujukkan peningkatan dari trend sebelumnya. Besarnya peningkatan
(penurunan) dari berbagai akun laporan keuangan dan penyebabnya harus
ditelusuri (tracing ) lebih jauh untuk mengetahui apakah operasi
perusahaan masih dapat ditingkatkan efisiensinya. Contoh, salah satunya pada
peningkatan beban utilitas adalah akibat dari penambahan kapasitas produksi
dari sebelumnya sehingga membutuhkan beban listrik yang lebih besar. Hal ini
menjelaskan peningkatan beban utilitas sebesar 38,9% dan peningkatan beban upah
sebesar 33,3% akibat adanya penambahan karyawan. Demikian puladengan
meningkatnya pendapatan, peningkatan pendapatan ini berasal dari hasil
penambahan penjualan yang terjadi pada periode berjalan. Jadi, keputusan untuk
menambah karyawan merupakan keputusan yang sangat tepat. Contoh di atas
memberikan gambaran mengenai kegunaan analisis horisontal (horizontal
analysis) dalam menginterpretasikan dan menganalisis laporan keuangan.
Analisis horisontal yang diperlihatkan di atas juga dapat digunakan untuk
analisis pada laporan neraca, laporan ekuitas pemilik, dan laporan arus kas.
Analisis Rasio
Seorang manajer perusahaan jasa
pelayanan (hospitality industry) seperti hotel, secara rutin sangat membutuhkan informasi yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi bisnis yang sedang dijalankan. Informasi mengenai perkembangan keuangan perusahaan dapat diperoleh
dari Laporan keuangan (Financial Statement).
Melakukan interpretasi terhadap neraca dan laporan laba rugi akan sangat bermanfaat
untuk mengetahui perkembangan keuangan
perusahaan. Interpretasi tersebut dapat disusun berdasarkan ukuran yang berupa
rasio,
rasio yang dapat digunakan untuk memprediksi usaha dan pengambilan
keputusan untuk masa yang akan datang.
Rasio Likuiditas dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutang jangka pendeknya. Rasio Solvabilitas mengukur seberapa besar hutang jika dibandingkan dengan harta yang dimilikinya. Rasio Solvabilitas juga menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya terhadap kreditor, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Rasio Aktivitas menunjukkan efisiensi aktivitas
penggunaan harta perusahaan dalam kegiatan usahanya. Sedangkan Profitabilitas,
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan.
Pembahasan
perhitungan-perhitungan rasio di atas kita gunakan contoh neraca dan laporan
laba rugi Star Hotel tahun 2007 dan 2008
Balance sheet
Star hotel
Desember 31, 2007 dan 2008
2007
|
2008
|
|
Asset
|
||
Current Asset
|
||
Cash
|
503,000
|
520,000
|
Account Receivable (net)
|
190,000
|
160,000
|
Invetories
|
120,000
|
150,000
|
Prepaid Expense
|
48,000
|
40,000
|
Total current Asset
|
861,000
|
870,000
|
Invesment
|
50,000
|
50,000
|
Property and Equipment
|
7,483,000
|
7,490,000
|
Total Asset
|
8,394,000
|
8,410,000
|
Liabilities and owner's equity
|
||
current liabilities
|
192,000
|
225,000
|
account payable
|
40,000
|
25,000
|
notes payable
|
20,000
|
15,000
|
advance deposit
|
30,000
|
50,000
|
accrued expense
|
6,000
|
5,000
|
current portion of mortgage
|
120,000
|
124,000
|
total current liabilities
|
408,000
|
444,000
|
long term debt- mortgage payable
|
4,120,000
|
4,000,000
|
total liabilities
|
4,528,000
|
4,444,000
|
owner's equity
|
||
coomond stock
|
3,312,000
|
3,312,000
|
retained earnings
|
554,000
|
654,000
|
total owner's equity
|
3,866,000
|
3,966,000
|
total Liabilities and owner's equity
|
8,394,000
|
8,410,000
|
Balance sheet
Star hotel
For years ended Desember 31, 2007 dan 2008
Description
|
2007
|
2008
|
total revenue
|
1,430,500
|
2,062,000
|
rooms:
|
||
revenue
|
906,500
|
1,220,000
|
payroll and related expense
|
(175,500)
|
(295,000)
|
other direct expense
|
(95,000)
|
(215,000)
|
departmetal income
|
636,000
|
710,000
|
food and beverage:
|
||
revenue
|
512,000
|
817,000
|
cost of sales
|
(180,000)
|
(310,000)
|
payroll and related expense
|
(169,000)
|
(245,000)
|
other direct expense
|
(55,000)
|
(90,000)
|
departmetal income
|
108,000
|
172,000
|
rental and other income revenue
|
12,000
|
25,000
|
gross operating profit
|
756,000
|
907,000
|
undistributed operating expense
|
||
administrative and general
|
100,000
|
90,000
|
marketing
|
65,000
|
64,000
|
property operation and maintenance
|
80,000
|
70,000
|
energy cost
|
105,000
|
80,000
|
total undistributed operating expense
|
350,000
|
304,000
|
income before fixed charge
|
406,000
|
603,000
|
fixed:
|
||
rent
|
0
|
0
|
insurance
|
75,000
|
95,000
|
interest
|
25,000
|
25,000
|
depreciation
|
245,000
|
295,000
|
total fixed charge
|
345,000
|
415,000
|
income before fixed
|
61,000
|
188,000
|
income taxes
|
-0
|
-0
|
net income
|
61,000
|
188,000
|
1.
Ratio likuiditas
Ratio likuiditas ini digunakan
untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi atau menjamin hutang
jangka pendeknya dengan aktiva lancar.
·
Ratio lancar (current ratio)
Current ratio = current Asset
Current liabilities
= 870.000
444.000
= 1,96
Rasio tersebut menunjukan bahwa setiap Rp.1,96 aktiva lancar.
Untuk menilai apakah rasio tersebut baik atau tidak, perlu dibandingkan dengan standar
rata-rata industri hotel. Misal standar rata-rata industri current ratio untuk
hotel sebesar 2:1 maka rasio 1,96 : 1 kecil dari 2:1. Dapat disimpulkan bahwa
Star Hotel kemungkinan akan kesulitan untuk melunasi hutang-hutang jangka
pendeknya.
Akan tetapim rasio tersebut tidak mutlak karena banyak hotel yang
beroperasi tanpa kesulitan meskipun mempunyai current ratio di bawah 2:1. Hal
tersebut dikarenakan pada umumnya aktiva lancar hotel dalam bentuk persediaan
jumlahnyarelatif kecil.
Pada perusahaan hotel, meskipun memiliki current ratio yang
relatif lebih besar akan tetapi komposisi persediaan cukup besar, justru akan
menyababkan ketidak efesienan operasional. Jenis persediaan dihotel ( bahan
makanan, minuman dan supplies), tidak mudah dijual/dicairkan untuk membayar
hutang.
·
Rasio Cepat (Accid Test Ratio)
Rasio cepat mengukur likuiditas
berdasarkan aktiva lancar yang dapat secara cepat dicairkan menjadi alat
pembayaran saja, yaitu Kas, Surat Berharga dan Piutang. Dalam operasional
hotel, meskipun persediaan termasuk sebagai aktiva lancar akan tetapi
membutuhkanwaktu yang cukup lama untuk mencairkannya menjadi Kas.
Accid Test Ratio 

= 520.000 + 0 + 160.000
=1,53
Rasio tersebut menunjukan bahwa
setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin dengan Rp. 1,53 aset lancar yang dapat
dengan cepat dicairkan. Rasio tersebut dapat dinyatakan dalam angka 1,53:1 atau
153%. Untuk menentukan baik tidaknya rasio ini, perlu dibandingkan dengan
standar rata-rata industri. Misal rata-rata industri acid test ratio sebesar
1:1, maka 1,53:1 lebih besar dari 1:1. Maka dapat disimpulakan bahwa manajemen
tidak kesulitan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendeknya. Acid test ratio
merupakan metode yang paling sesuai untuk mengukur tingkat likuiditas
perusahaan hotel.
2.
Rasio Solvabilitas (Solvability)
Rasio Solvabilitas mengukur
tingkat keuangan hotel yang dibiayai dengan hutang dan seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruhhutangnya baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Secara umum, perusahaan dapat membayar atau meminjam seluruh hutangnya
apabila hartanya lebih besar bandingkan dengan seluruh hutangnya.
·
Assets
to Liabilities Ratio
Assets
to total Liabilities Ratio merupakan rasio perbandingan antara total harta
dengan total hutang. Rasio ini bermanfaat untuk melihat seberapa besar harta
yang dimiliki untuk menjamin seluruh hutangnya.
Assets
to Liabilities Ratio 


=1,89
Rasio
tersebut menunjukan bahwa setiap lubang sebesar Rp. 1,-dijamin dengan harta
(assets) sebesar Rp.1,89,- : 1 lebih kecil dari 2:1. Hasil rasio tersebut
berati bahwa harta yang dimikliki perusahaan masih belum dapat untuk menjamin
hutangnya secara penuh.
·
Debt
To Equity Ratio
Debt
To Equity Ratio merupakan ratio total hutang terhadap modal sendiri. Total
aktiva yang dimiliki oleh hotel dapat didanai oleh sumber hutang (creditor)
maupun dari modal sendiri (investor/owner). Rasio ini menggambarkan hubungan
antara kedua sumber pendanaan tersebut. Rasio ini memberikan informasi seberapa
besar pembelian aktiva yang di biayai hutang dibandingkan dengan modal sendiri.
Debt
To Equity Ratio 

= 4.444.000
=1,12
Rasio tersebut menunjukan bahwa setiap Rp.1,-
investasi yang dilakukan investor (pemilik), para kreditor telah mendanai
sebesar Rp.1,12. Hal ini menunjukan bahwa dalam pembelian aktiva, lebih banyak
di biayai dari hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Untuk menentukan baik
tidaknya rasio ini perlu diperbandingkan dengan rasio rata-rata industri. Jika
rasio rata-rata industri sebesar 0,60 maka 1:12 : lebih besar dari 0,60 : 1.
Bagi
kreditor, makin tinggi angka rasio ini berarti makin tinggi risiko yang
dihadapi oleh para kreditor (pihak pemberi pinjaman), karena makin tinggi
hutang yang ditanggung sebuah hotel.
3. Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas mengukur efektivitas
menejemen dalam sumber daya perusahaan. Efektivitas menejemen dalam penggunaan
sumber daya tersebut misalnya mempercepat pengumpulan piutang yang dapat segera
digunakan untuk membiayai operasional dan pemakaian untuk menghasilkan
pendapatan dari penjualan.
·
Tingkat
perputaran piutang (account Receivable Turnover)
Transaksi penjualan yang dilakukan hotel sebagaian
besar merupakan penjualan secara kredit, sehingga piutang dalam usaha hotel
merupakan aktiva lancar yang jumlahnya
cukup besar jka dibandingkan dengan lainnya. Piutang dari penjualan secara
kredit pada tamu diharapkan dapat segera dicairkan menjadi kas. (diasumsi bahwa
seluruh penjualan merupakan penjualan kredit), maka tingkat perputaran piutang
dapat dihitung sebagai berikut:
Account
Receivable Turnover = 

= 

=11,78 kali
Average
Account Receivable = 

= 

= 175.000
Semakin besar angka ini atau semakin cepat
perputaran, maka akan semakin baik, karena ada kemungkinan semakin cepat
piutang dicairkan menjadi kas. Sebaliknya makin kecil angka ini semakin lambat
piutang dicairkan menjadi kas. Jika rata-rata industri sebesar 20 kalo, maka
11,78 kali lebih kecil dari 20 kali. Hal ini menandakan bahwa manajemen belum
cukup efektif dalam memanfaatkan piutang untuk membiayai operasional.
·
Inventory
Turnover (Perputaran Persediaan)
Tingkat peputaran persediaan atau inventory turnover,
mengukur seberapa capat persediaan berputar dalam operasional. Secara umum,
semakin cepat persediaanberputar akan semakin baik pengaruhnya terhadap
operasional. Hal tersebut dapat berati bahwa persediaan banyak diambil untuk
dijual dan biaya penyimpanan dan peliharaan dapat dikurangi. Biaya-biaya
pemeliaharaan dan penyimpanan persediaan antara lain yaitu : sewa gudang,
asuransi, listrik, alat pendingin, karyawan dan dana yang digunakan untuk
membeli persediaan.
Food and beverage
departement income statement
Star hotel
For the yers ended
december, 31,2018
|
Food
|
beverage
|
Sales
|
665.000
|
152.000
|
Cost of sales :
|
|
|
Beginning inventory
|
10.000
|
4.000
|
Purchase
|
275.000
|
66.000
|
Less: ending inventory
|
(30.000)
|
(10.000)
|
Cost of goods used
|
255.000
|
60.000
|
Less: employee meals
|
(5000)
|
(0)
|
Cost of goods sold
|
250.000
|
60.000
|
Gross profit
|
415.000
|
92.000
|
Expenses:
Payroll and related expenses
|
200.000
|
45.000
|
Other direct expenses
|
60.000
|
30.000
|
Total expenses
|
260
|
70
|
Departemental income
|
155.000
|
22.000
|
Food
inventory turnover = 

= 

= 12,75 kali
Average
food inventory = 

= 

= 20.000
Perputaran persediaan makanan sebesar 12,75 kali selama
satu tahun dapat diartikan bahwa terjadi perputaran persediaan 1 kalisebulan.
Angka tersebut berarti bahwa secara keseluruhan pembelian (pengisia) persediaan
dilakukan selama sebulan. Jika standar yang ditetapkan manajemen sebesar 24
kali, maka 12,75 kali < 24 kali, yang berarti tingkat perputaran maka sangat
lambat. Perputaran makanan yang mengidentifikasi bahwa banyak persediaan yang
menumpuk di gudang.
Sedangkan untuk tingkat perputaran persediaan minuman
dari star hotel tahun 2008 dapat di hitung sebagai berikut:
Berevage Inventory
Turnover = 

= 

= 8,57 kali
Average bevg inventory = 

= 

=7.000
Tingkat perputaran persediaan minuman sebesar 8,57 kali
berarti bahwa dalam satu tahun akan dilakukan pengisian/pembelian kembali
sebanyak 8,75 kali atau setiap 43 hari. Tidaj semua item beverage selalu habis
terjual pada periode itu, akan tetapi beberapa item lainnya distok kembali pada
periode tersebut. Secara umum, industri hotel yang memiliki beberapa bar dan
lounge, beverage inventory turnovernya mencapai 15 kali pertahun atau 1,25 kali
perbulan.
Rasio perputaran yang lambat merupakan pemborosan
(persediaan rusak digudang) atau kualitas menurun, berdampak juga pembiayaan
(cost) tinggi karena hanya sebagian yang dapat digunakan.
4.
Rasio Profabilitas
Rasio profabilitas atau
profability ratio menggambarkan prestasi dan pertanggungjawaban manajemen dalam
mengelola hotel.
·
Margin laba (profit margin)
Manajemen
sering mengevaluasi kemampuan mereka dalam menghasilkan laba (keuntungan) dari
seluruh pendapatan dari penjualan yang dilakukan. Margin laba dihitung dengan
cara leba bersih (net income) dibagi dengan total pendapatan (total revenue)
Profit margin =
x 100%

=
x100%

= 9,12%
Rasio tersebut
menunjukan bahwa star hotel memperoleh 9,12% keuntungan bersih dari total
pendapatan dari penjualan. Rasio tersebut lebih besar jikadibandingkan dengan
rata-rata margin laba industri perhotelan sebesar 5%
·
Rasio Efensiensi operasional
(Operating Effeciency Ratio)
Operating Effeciency Ratio
didrbut juga Gross Operating Prifit Ratio. Rasio ini digunakan untuk mengukur
kinerja menejemen sesungguhnya tanpa dipengaruhi oleh biaya-biaya yang timbul
akibat keputusan pemilik atau investor, seperti : penyusutan, bunga pinjaman
bank dan asuransi. Sedangka pendapatan dan biaya yang terjadi dalam operasional
dari revenue center maupun suport center sepenuhnya dapat dikendalikan manajemen.
Sehingga pengukuran operating effeciency ratio merupakan pengukuran kemampuan
menejemen dalam menghasilkan keuntungan tanpa dipenghuni keputusan pemilik.
Operating Effeciency Ratio =
x100%

= 

= 29,24%
Operating Effeciency Ratio sebesar
29,24 % menunjukan bahwa setiap Rp. 0,29 dari penjualan Rp.1,- tersedia untuk
menutup beban tetap (fixed charge) atau setiap 29,24 % dari 100% penjualan
tersedia untuk menutup beban tetap. Hal tersebut menunjukan bahwa menejemen
dapat mengelola pendapatan dan biaya yang terkendali (controllable revenue and
expenses), sehingga tersedia 29,24% untuk menutup beban tetap.
·
Return On Assets (ROA)
Return On Assets merupakan
ratio yang mengukur seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dati penggunaan
aset hotel. ROA diperoleh dengan cara net income dibagi dengan total aset.
Return On Assetsstar hotel dapat dihitung sebagai berikut;
ROA =
x100%

=
x100%

= 2,23%
Total Average Assets = 

= 

= 8.402.000
ROA
sebesar 2,23% menunjukan bahwa setiap Rp. 1 dari asset akan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp. 0,021 atau dari 100% assets akan menghasilkan keuntungan
sebesar 2,23% nya. ROA yang rendah merupakan indikasi bahwa keuntungan yang
diperoleh terlalu rendah atau assets yang digunakan tidak dimanfaatkan secara
efesien, untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang diharapkan.
Analisis Informasi Keuangan Berdasarkan USALI (UNIFORM SYSTEM OFACCOUNTS FOR LODGING INDUSTRIES)
Uniform System of Accounts for Lodging Industries merupakan penetapan format standar dan klasifikasi perkiraan yang mengarah pada kepemilikan individu dalam penyiapan dan penyajian laporan keuangan pada bidang perhotelan.
Standarisasi tersebut membantu pemakai laporan keuangan internal dan eksternal
untuk membandingkan posisi keuangan dan kinerja operasi pada jenis kepemilikan yang
sama dalam industri hotel.
Ada beberapa konsep penting dari Uniform System of Accounts for Lodging
Industries, yaitu :
1. Membagi
departemen fungsional menjadi 3 yaitu:
·
Departemen operasi, merupakan departemen
yang memberikan kontribusi pendapatan seperti room, F&B, telephone, laundry
dan lain-lain.
·
Departemen overhead, merupakan
departemen pendukung, seperti administrator & general, marketing.
·
Departemen alokasi, merupakan departemen
yang berfungsi mengalokasikan beban pada masing-masing departemen, seperti
departemen personalia mengalokasikan beban gaji karyawan.
2. Setiap
departemen dalam organisasi akan dibebani oleh gaji karyawan dan pengeluaran
departemennya
3. Memberikan
keseragaman dalam departemen dan dalam klasifikasi aktiva, hutang, penghasilan
dan biaya.
4. Memberikan
kemampuan untuk membandingkan hasil operasi.
5. Memberikan
kemampuan untuk melatih pengendalian anggaran yang kuat dimana pengendalian
anggaran merupakan alat untuk mengendalikan hasil departemen.
DAFTAR
PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar