analisis laporan keuangan vertikal dan horizontal


TUGAS MANAJEMEN INVESTASI
Analisis Vertikal Dan Analisis Horizontal
Dosen Pembimbing : Cecep Winata, Dr. M.Si
Ruang : B - 401




Oleh :

Nama Kelompok
1.      Ella Anggraini                                                 43116010249
2.      Cicha Dwi Anjasmara                                     43116010235
3.      Ervina Okvianita                                          43116010289




FAKULTAS EKONOMI & BISNIS – MANAJEMEN S1
UNIVERSITAS  MERCU BUANA JAKRTA
2018


Membuat analisis vertikal dan horizontal
Analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari data – data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak pihak yang berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap rasio rasio keuangan akan dapat menentukan suatu keputusan yang akan diambil. Menurut Harahap (2009:195), kegunaananalisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.      Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2.      Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit ) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit ).
3.      Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4.      Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5.      Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan.
6.      Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
7.      Dapat menentukan peringkat (rating ) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
Menurut Kasmir (2011:68), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:
·         Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.
·         Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
·         Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
·         Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan kedepan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
·         Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
·         Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
Menurut Munawir (2010:36), ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis vertikal dan analisis horisontal.
1.      Analisis Vertikal
Membandingkan masing-masing pos dalam periode berjalan dengan jumlah total pada laporan yang sama dapat bermanfaat untuk menyoroti hubungan yang signifikan dalam laporan keuangan. Analisis vertikal (vertical analisys) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan perbandingan semacam itu. Dalam analisis vertikal terhadap neraca, masing-masing pos aktiva dinyatakan sebagai persen dari total aktiva. Masing-masing pos kewajiban dan ekuitas pemilik dinyatakan sebagai persen dari total kewajiban dan ekuitas pemilik. Dalam analisis vertikal terhadap laporan laba-rugi, masing-masing pos dinyatakan sebagai persen dari total pendapatan atau penghasilan. Analisis vertikal juga bisa diterapkan untuk beberapa periode guna menyoroti perubahan hubungan sepanjang waktu. Berikut adalah contoh analisis vertikal untuk dua tahun periode pada PT. Jasa Akuntansi.

PT. Jasa Akuntansi
Laporan Laba/Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2010 dan 2011 (dalam 000)

2011
2010
jumlah
persen
jumlah
persen
pendapatan honor
187,500
100.0%
150,000
100.0%
beban operasi:
beban upah
60,000
32.0%
45,000
30.0%
beban sewa
15,000
8.0%
12,000
8.0%
beban utilitas
12,500
6.7%
9,000
6.0%
beban perlengkapan
2,700
1.4%
3,000
2.0%
beban rupa-rupa
2,300
1.3%
1,800
1.2%
total beban operasi
92,500
49.3%
70,800
47.2%
laba bersih
95,000
50.7%
79,200
52.8%

Tabel di atas menunjukkan tren yang baik maupun tren yang kurang baik yang mempengaruhi laporan laba-rugi PT. Jasa Akuntansi. Peningkatan beban upah sebesar 2% (32%-30%) adalah tren yang kurang baik, seperti halnya kenaikan beban utilitas sebesar 0,7% (6,7%-6,0%). Tren yang baik adalah menurunnya beban perlengkapan sebesar 0,6% (2,0%-1,4%). Beban sewa dan beban rupa-rupa sebagai persen dari pendapatan jasa akuntansi adalah konstan. Hasil bersih dari tren ini adalah bahwa laba bersih sebagai persen dari pendapatan jasa akuntansi turun dari 52,8% menjadi 50,7%. Analisis terhadap berbagai persentase yang diperlihatkan untuk PT. Jasa Akuntansi, dapat diperkuat dengan membandingkannya terhadap rata-rata industri yang diterbitkan oleh asosiasi dagang dan jasa informasi keuangan. Setiap perbedaan besar dengan rata-rata industri harus ditelusuri untuk kemajuan perusahaan kedepan.

2.      Analisis  Horizontal
Adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan diketahui perkembangannya. Dalam melakukan analisis horisontal, sutau akun laporan keuangan tahun berjalan dibandingkan dengan akun yang sama pada periode sebelumnya. Kenaikan atau penurunan jumlah postersebut dihitung sebagai persentase kenaikan atau penurunan. Dalam membandingkan laporan dari dua periode yang berbeda, laporan keuangan yang lebih awal selalu dijadikan dasar perhitungan untuk analisis horisontal. Sebagai contoh, berikut ini ditunjukkan analisis horisontal atas laporan keuangan PT. Angin Ribut yang memperlihatkan trend yang baikmaupun yang buruk yang mempengaruhi laporan laba rugi perusahaan.

PT. Angin Ribut
Laporan Laba/Rugi
Untuk tahap yang berakhir 31 desember (dalam ribuan 000)
Kenaikan (Penurunan)
2011
2010
jumlah
Persen
pendapatan penjualan
187,500
150,000
37,500
25.0%
beban operasi
beban upah
60,000
45,000
15,000
33.3%
beban sewa
15,000
12,000
3,000
25.0%
beban utilitas
12,500
9,000
3,500
38.9%
beban perlengkapan
2,700
3,000
(300)
-10.0%
beban lain-lain
2,300
1,800
500
27.8%
total beban operasi
92,500
70,800
21,700
30,6%
laba bersih
95,000
79,200
15,800
19,9%



Pada analisis di atas, kenaikan pendapatan penjualan adalah trend yang baik, demikian pula penurunan beban perlengkapan. Trend yang buruk adalah peningkatan beban upah, beban utilitas, dan beban rupa-rupa. Beban ini meningkat lebih cepat dibanding pendapatan penjualan, dengan total beban operasi yang meningkat sebesar 30,6%.

Secara keseluruhan, laba bersih meningkat sebesar Rp 15.800.000,-atau 19,9%, yaitu kecenderungan atau trend yang menunujukkan peningkatan dari trend sebelumnya. Besarnya peningkatan (penurunan) dari berbagai akun laporan keuangan dan penyebabnya harus ditelusuri (tracing ) lebih jauh untuk mengetahui apakah operasi perusahaan masih dapat ditingkatkan efisiensinya. Contoh, salah satunya pada peningkatan beban utilitas adalah akibat dari penambahan kapasitas produksi dari sebelumnya sehingga membutuhkan beban listrik yang lebih besar. Hal ini menjelaskan peningkatan beban utilitas sebesar 38,9% dan peningkatan beban upah sebesar 33,3% akibat adanya penambahan karyawan. Demikian puladengan meningkatnya pendapatan, peningkatan pendapatan ini berasal dari hasil penambahan penjualan yang terjadi pada periode berjalan. Jadi, keputusan untuk menambah karyawan merupakan keputusan yang sangat tepat. Contoh di atas memberikan gambaran mengenai kegunaan analisis horisontal (horizontal analysis) dalam menginterpretasikan dan menganalisis laporan keuangan. Analisis horisontal yang diperlihatkan di atas juga dapat digunakan untuk analisis pada laporan neraca, laporan ekuitas pemilik, dan laporan arus kas.

Analisis Rasio
Seorang manajer perusahaan jasa pelayanan (hospitality industry) seperti hotel, secara rutin sangat membutuhkan informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi bisnis yang sedang dijalankan. Informasi mengenai perkembangan keuangan perusahaan dapat diperoleh dari Laporan keuangan (Financial Statement).
Melakukan interpretasi terhadap neraca dan laporan laba rugi akan sangat bermanfaat untuk mengetahui perkembangan keuangan perusahaan. Interpretasi tersebut dapat disusun berdasarkan ukuran yang berupa rasio, rasio yang dapat digunakan untuk memprediksi usaha dan pengambilan keputusan untuk masa yang akan datang.
Rasio Likuiditas dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutang jangka pendeknya. Rasio Solvabilitas mengukur seberapa besar hutang jika dibandingkan dengan harta yang dimilikinya. Rasio Solvabilitas juga menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya terhadap kreditor, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio Aktivitas menunjukkan efisiensi aktivitas penggunaan harta perusahaan dalam kegiatan usahanya. Sedangkan Profitabilitas, merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Pembahasan perhitungan-perhitungan rasio di atas kita gunakan contoh neraca dan laporan laba rugi Star Hotel tahun 2007 dan 2008
Balance sheet
Star hotel
Desember 31, 2007 dan 2008
2007
2008
Asset
Current Asset
Cash
503,000
520,000
Account Receivable (net)
190,000
160,000
Invetories
120,000
150,000
Prepaid Expense
48,000
40,000
Total current Asset
861,000
870,000
Invesment
50,000
50,000
Property and Equipment
7,483,000
7,490,000
Total Asset
8,394,000
8,410,000
Liabilities and owner's equity
current liabilities
192,000
225,000
account payable
40,000
25,000
notes payable
20,000
15,000
advance deposit
30,000
50,000
accrued expense
6,000
5,000
current portion of mortgage
120,000
124,000
total current liabilities
408,000
444,000
long term debt- mortgage payable
4,120,000
4,000,000
total liabilities
4,528,000
4,444,000
owner's equity
coomond stock
3,312,000
3,312,000
retained earnings
554,000
654,000
total owner's equity
3,866,000
3,966,000
total Liabilities and owner's equity
8,394,000
8,410,000

Balance sheet
Star hotel
For years ended Desember 31, 2007 dan 2008
Description
2007
2008
total revenue
1,430,500
2,062,000
rooms:
revenue
906,500
1,220,000
payroll and related expense
(175,500)
(295,000)
other direct expense
(95,000)
(215,000)
departmetal income
636,000
710,000
food and beverage:
revenue
512,000
817,000
cost of sales
(180,000)
(310,000)
payroll and related expense
(169,000)
(245,000)
other direct expense
(55,000)
(90,000)
departmetal income
108,000
172,000
rental and other income revenue
12,000
25,000
gross operating profit
756,000
907,000
undistributed operating expense
administrative and general
100,000
90,000
marketing
65,000
64,000
property operation and maintenance
80,000
70,000
energy cost
105,000
80,000
total undistributed operating expense
350,000
304,000
income before fixed charge
406,000
603,000
fixed:
rent
0
0
insurance
75,000
95,000
interest
25,000
25,000
depreciation
245,000
295,000
total fixed charge
345,000
415,000
income before fixed
61,000
188,000
income taxes
-0
-0
net income
61,000
188,000

1.      Ratio likuiditas
Ratio likuiditas ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi atau menjamin hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar.
·         Ratio lancar (current ratio)
Current ratio          =          current Asset
Current liabilities
=    870.000
444.000
=    1,96
Rasio tersebut menunjukan bahwa setiap Rp.1,96 aktiva lancar. Untuk menilai apakah rasio tersebut baik atau tidak, perlu dibandingkan dengan standar rata-rata industri hotel. Misal standar rata-rata industri current ratio untuk hotel sebesar 2:1 maka rasio 1,96 : 1 kecil dari 2:1. Dapat disimpulkan bahwa Star Hotel kemungkinan akan kesulitan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendeknya.
Akan tetapim rasio tersebut tidak mutlak karena banyak hotel yang beroperasi tanpa kesulitan meskipun mempunyai current ratio di bawah 2:1. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya aktiva lancar hotel dalam bentuk persediaan jumlahnyarelatif kecil.
Pada perusahaan hotel, meskipun memiliki current ratio yang relatif lebih besar akan tetapi komposisi persediaan cukup besar, justru akan menyababkan ketidak efesienan operasional. Jenis persediaan dihotel ( bahan makanan, minuman dan supplies), tidak mudah dijual/dicairkan untuk membayar hutang.
·         Rasio Cepat (Accid Test Ratio)
Rasio cepat mengukur likuiditas berdasarkan aktiva lancar yang dapat secara cepat dicairkan menjadi alat pembayaran saja, yaitu Kas, Surat Berharga dan Piutang. Dalam operasional hotel, meskipun persediaan termasuk sebagai aktiva lancar akan tetapi membutuhkanwaktu yang cukup lama untuk mencairkannya menjadi Kas.
Accid Test Ratio
= 520.000 + 0 + 160.000
=1,53
Rasio tersebut menunjukan bahwa setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin dengan Rp. 1,53 aset lancar yang dapat dengan cepat dicairkan. Rasio tersebut dapat dinyatakan dalam angka 1,53:1 atau 153%. Untuk menentukan baik tidaknya rasio ini, perlu dibandingkan dengan standar rata-rata industri. Misal rata-rata industri acid test ratio sebesar 1:1, maka 1,53:1 lebih besar dari 1:1. Maka dapat disimpulakan bahwa manajemen tidak kesulitan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendeknya. Acid test ratio merupakan metode yang paling sesuai untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan hotel.
2.      Rasio Solvabilitas (Solvability)
Rasio Solvabilitas mengukur tingkat keuangan hotel yang dibiayai dengan hutang dan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruhhutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Secara umum, perusahaan dapat membayar atau meminjam seluruh hutangnya apabila hartanya lebih besar bandingkan dengan seluruh hutangnya.
·         Assets to Liabilities Ratio
Assets to total Liabilities Ratio merupakan rasio perbandingan antara total harta dengan total hutang. Rasio ini bermanfaat untuk melihat seberapa besar harta yang dimiliki untuk menjamin seluruh hutangnya.
Assets to Liabilities Ratio
=1,89
Rasio tersebut menunjukan bahwa setiap lubang sebesar Rp. 1,-dijamin dengan harta (assets) sebesar Rp.1,89,- : 1 lebih kecil dari 2:1. Hasil rasio tersebut berati bahwa harta yang dimikliki perusahaan masih belum dapat untuk menjamin hutangnya secara penuh.
·         Debt To Equity Ratio
Debt To Equity Ratio merupakan ratio total hutang terhadap modal sendiri. Total aktiva yang dimiliki oleh hotel dapat didanai oleh sumber hutang (creditor) maupun dari modal sendiri (investor/owner). Rasio ini menggambarkan hubungan antara kedua sumber pendanaan tersebut. Rasio ini memberikan informasi seberapa besar pembelian aktiva yang di biayai hutang dibandingkan dengan modal sendiri.
Debt To Equity Ratio
= 4.444.000
=1,12
Rasio tersebut menunjukan bahwa setiap Rp.1,- investasi yang dilakukan investor (pemilik), para kreditor telah mendanai sebesar Rp.1,12. Hal ini menunjukan bahwa dalam pembelian aktiva, lebih banyak di biayai dari hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Untuk menentukan baik tidaknya rasio ini perlu diperbandingkan dengan rasio rata-rata industri. Jika rasio rata-rata industri sebesar 0,60 maka 1:12 : lebih besar dari 0,60 : 1.
Bagi kreditor, makin tinggi angka rasio ini berarti makin tinggi risiko yang dihadapi oleh para kreditor (pihak pemberi pinjaman), karena makin tinggi hutang yang ditanggung sebuah hotel.
3.      Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas mengukur efektivitas menejemen dalam sumber daya perusahaan. Efektivitas menejemen dalam penggunaan sumber daya tersebut misalnya mempercepat pengumpulan piutang yang dapat segera digunakan untuk membiayai operasional dan pemakaian untuk menghasilkan pendapatan dari penjualan.
·         Tingkat perputaran piutang (account Receivable Turnover)
Transaksi penjualan yang dilakukan hotel sebagaian besar merupakan penjualan secara kredit, sehingga piutang dalam usaha hotel merupakan aktiva lancar  yang jumlahnya cukup besar jka dibandingkan dengan lainnya. Piutang dari penjualan secara kredit pada tamu diharapkan dapat segera dicairkan menjadi kas. (diasumsi bahwa seluruh penjualan merupakan penjualan kredit), maka tingkat perputaran piutang dapat dihitung sebagai berikut:
Account Receivable Turnover =
=
=11,78 kali
Average Account Receivable =
=
= 175.000
Semakin besar angka ini atau semakin cepat perputaran, maka akan semakin baik, karena ada kemungkinan semakin cepat piutang dicairkan menjadi kas. Sebaliknya makin kecil angka ini semakin lambat piutang dicairkan menjadi kas. Jika rata-rata industri sebesar 20 kalo, maka 11,78 kali lebih kecil dari 20 kali. Hal ini menandakan bahwa manajemen belum cukup efektif dalam memanfaatkan piutang untuk membiayai operasional.
·         Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)
Tingkat peputaran persediaan atau inventory turnover, mengukur seberapa capat persediaan berputar dalam operasional. Secara umum, semakin cepat persediaanberputar akan semakin baik pengaruhnya terhadap operasional. Hal tersebut dapat berati bahwa persediaan banyak diambil untuk dijual dan biaya penyimpanan dan peliharaan dapat dikurangi. Biaya-biaya pemeliaharaan dan penyimpanan persediaan antara lain yaitu : sewa gudang, asuransi, listrik, alat pendingin, karyawan dan dana yang digunakan untuk membeli persediaan.

Food and beverage departement income statement
Star hotel
For the yers ended december, 31,2018

Food
beverage
Sales
665.000
152.000
Cost of sales :


Beginning inventory
10.000
4.000
Purchase
275.000
66.000
Less: ending inventory
(30.000)
(10.000)
Cost of goods used
255.000
60.000
Less: employee meals
(5000)
(0)
Cost of goods sold
250.000
60.000
Gross profit
415.000
92.000
Expenses:
Payroll and related expenses

200.000

45.000
Other direct expenses
60.000
30.000
Total expenses
260
70
Departemental income
155.000
22.000
Food inventory turnover =
=
= 12,75 kali
Average food inventory =
=
                                        = 20.000
Perputaran persediaan makanan sebesar 12,75 kali selama satu tahun dapat diartikan bahwa terjadi perputaran persediaan 1 kalisebulan. Angka tersebut berarti bahwa secara keseluruhan pembelian (pengisia) persediaan dilakukan selama sebulan. Jika standar yang ditetapkan manajemen sebesar 24 kali, maka 12,75 kali < 24 kali, yang berarti tingkat perputaran maka sangat lambat. Perputaran makanan yang mengidentifikasi bahwa banyak persediaan yang menumpuk di gudang.
Sedangkan untuk tingkat perputaran persediaan minuman dari star hotel tahun 2008 dapat di hitung sebagai berikut:
Berevage Inventory Turnover =
=
= 8,57 kali
Average bevg inventory =
=
=7.000
Tingkat perputaran persediaan minuman sebesar 8,57 kali berarti bahwa dalam satu tahun akan dilakukan pengisian/pembelian kembali sebanyak 8,75 kali atau setiap 43 hari. Tidaj semua item beverage selalu habis terjual pada periode itu, akan tetapi beberapa item lainnya distok kembali pada periode tersebut. Secara umum, industri hotel yang memiliki beberapa bar dan lounge, beverage inventory turnovernya mencapai 15 kali pertahun atau 1,25 kali perbulan.
Rasio perputaran yang lambat merupakan pemborosan (persediaan rusak digudang) atau kualitas menurun, berdampak juga pembiayaan (cost) tinggi karena hanya sebagian yang dapat digunakan.
4.      Rasio Profabilitas
Rasio profabilitas atau profability ratio menggambarkan prestasi dan pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola hotel.
·         Margin laba (profit margin)
Manajemen sering mengevaluasi kemampuan mereka dalam menghasilkan laba (keuntungan) dari seluruh pendapatan dari penjualan yang dilakukan. Margin laba dihitung dengan cara leba bersih (net income) dibagi dengan total pendapatan (total revenue)
Profit margin = x 100%
= x100%
= 9,12%
Rasio tersebut menunjukan bahwa star hotel memperoleh 9,12% keuntungan bersih dari total pendapatan dari penjualan. Rasio tersebut lebih besar jikadibandingkan dengan rata-rata margin laba industri perhotelan sebesar 5%
·         Rasio Efensiensi operasional (Operating Effeciency Ratio)
Operating Effeciency Ratio didrbut juga Gross Operating Prifit Ratio. Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja menejemen sesungguhnya tanpa dipengaruhi oleh biaya-biaya yang timbul akibat keputusan pemilik atau investor, seperti : penyusutan, bunga pinjaman bank dan asuransi. Sedangka pendapatan dan biaya yang terjadi dalam operasional dari revenue center maupun suport center sepenuhnya dapat dikendalikan manajemen. Sehingga pengukuran operating effeciency ratio merupakan pengukuran kemampuan menejemen dalam menghasilkan keuntungan tanpa dipenghuni keputusan pemilik.
Operating Effeciency Ratio = x100%
=
= 29,24%
Operating Effeciency Ratio sebesar 29,24 % menunjukan bahwa setiap Rp. 0,29 dari penjualan Rp.1,- tersedia untuk menutup beban tetap (fixed charge) atau setiap 29,24 % dari 100% penjualan tersedia untuk menutup beban tetap. Hal tersebut menunjukan bahwa menejemen dapat mengelola pendapatan dan biaya yang terkendali (controllable revenue and expenses), sehingga tersedia 29,24% untuk menutup beban tetap.
·         Return On Assets (ROA)
Return On Assets merupakan ratio yang mengukur seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dati penggunaan aset hotel. ROA diperoleh dengan cara net income dibagi dengan total aset. Return On Assetsstar hotel dapat dihitung sebagai berikut;
ROA = x100%
= x100%
= 2,23%
Total Average Assets =
=
= 8.402.000
ROA sebesar 2,23% menunjukan bahwa setiap Rp. 1 dari asset akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,021 atau dari 100% assets akan menghasilkan keuntungan sebesar 2,23% nya. ROA yang rendah merupakan indikasi bahwa keuntungan yang diperoleh terlalu rendah atau assets yang digunakan tidak dimanfaatkan secara efesien, untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang diharapkan.
Analisis Informasi Keuangan Berdasarkan USALI (UNIFORM SYSTEM OFACCOUNTS FOR LODGING INDUSTRIES)
Uniform System of Accounts for Lodging Industries merupakan penetapan format standar dan klasifikasi perkiraan yang mengarah pada kepemilikan individu dalam penyiapan dan penyajian laporan keuangan pada bidang perhotelan.
Standarisasi tersebut membantu pemakai laporan keuangan internal dan eksternal untuk membandingkan posisi keuangan dan kinerja operasi pada jenis kepemilikan yang sama dalam industri hotel. Ada beberapa konsep penting dari Uniform System of Accounts for Lodging Industries, yaitu :
1.      Membagi departemen fungsional menjadi 3 yaitu:
·         Departemen operasi, merupakan departemen yang memberikan kontribusi pendapatan seperti room, F&B, telephone, laundry dan lain-lain.
·         Departemen overhead, merupakan departemen pendukung, seperti administrator & general, marketing.
·         Departemen alokasi, merupakan departemen yang berfungsi mengalokasikan beban pada masing-masing departemen, seperti departemen personalia mengalokasikan beban gaji karyawan.
2.      Setiap departemen dalam organisasi akan dibebani oleh gaji karyawan dan pengeluaran departemennya
3.      Memberikan keseragaman dalam departemen dan dalam klasifikasi aktiva, hutang, penghasilan dan biaya.
4.      Memberikan kemampuan untuk membandingkan hasil operasi.
5.      Memberikan kemampuan untuk melatih pengendalian anggaran yang kuat dimana pengendalian anggaran merupakan alat untuk mengendalikan hasil departemen.






DAFTAR PUSTAKA




Komentar

Postingan Populer