makalah pengambilan keputusan

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Cara-cara Pengambilan Keputusan Dalam Administrasi”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Administrasi.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaanmakalah ini.


           
Penulis,           










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................  i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................  1
B. Rumusan Masalah ............................................................................  2
C.Tujuan Penulisan ...............................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN
A. Analisis Masalah dan Pengambilan Keputusan ..............................  3
B. Rasionalitas dan Pengambilan Keputusan ......................................  5
C. Definisi Keputusan ..........................................................................  7
D. Ciri dan Tipe Keputusan.................................................................. 9
E. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan ..............................................  17
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan .......................................................................................  18      
B.Saran .................................................................................................  18
DAFTAR PUSTAKA












BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pengambilan keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer. Pembuatan keputusan (decision making) menggambarkan proses bagaimana serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu. Benar kata orang bijak “Jika cara anda tepat dalam membuat keputusan, maka anda akan terbebas dari berbagai persoalan dalam hidup”.seorang manajer harus dapat menetapkan dan memutuskan keputusanyangharus diambil yaitu keputusan terbaik dengan mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut perusahaan secara menyeluruh.
Pengambilan keputusan adalah memilih satu atau lebih diantara sekian banyak alternatif keputusan yang mungkin. Alternaif keputusan meliputi keputusan ada kepastian, keputusan beresiko, keputusan ketidakpastian dan keputusan dalam konflik.Manajemen membutuhkan Informasi sebagai dasar pengambilan keputusan mereka. Sistem Informasi mempunyai peranan yang penting dalam menyediakan Informasi untuk manajemen setiap tingkatan. Tiap-tiap kegiatan dan keputusan manajemen yang berbeda membutuhkan informasi yang berbeda. Oleh karena itu, untuk dapat menyediakan informasi yang relevan dan berguna bagi manajemen, maka pengembangan Sistem Informasi harus memahami terlebih dahulu kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dan tipe keputusannya. Keputusan bisa dibuat berulang kali secara rutin dan dalam bentuk persoalan yang sama sehingga mudah dilakukan keputusan. Keputusan yang dihadapi mugnkin serupa dengan situasi yang pernah dialami, tetapi ada ciri khusus dari permasalahan yang baru timbul.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja analisis masalah dan pengambilan keputusan ?
2.      Apa yang di maksud rasionalitas dan pengambilan keputusan ?
3.      Apa definisi keputusan ?
4.      Apa saja ciri dan tipe keputusan ?
5.      Bagaimana tahap-tahap pengambilan keputusan ?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui analisis masalah dan pengambilan keputusan.
2.      Mengetahui rasionalitas dan pengambilan keputusan.
3.      Mengetahui definisi keputusan.
4.      Mengetahui ciri dan tipe keputusan.
5.      Mengetahui tahap-tahap pengambilan keputusan.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Analisis Masalah Dan Pengambilan Keputusan
Dalam suatu masalah pasti ada yang namanya pemecahan masalah sebagai Teknik Pengambilan Keputusan, Sesungguhnya setiap orang apa pun kedudukan, profesi, dan jabatannya, selalu dihadapkan kepada berbagai situasi yang tidak menguntungkan yang perlu diatasi. Keadaan yang tidak menguntungkan itu secara populer dapat dikatakan sebagai masalah. Pada dirinya masalah mengundang pemecahan. Pengalaman, pengamatan, dan penelitian menunjukkan bahwa pemecahan masalah tidak dapat didasarkan pada suatu rumus yang pasti karena:
1.      Faktor-faktor penyebab timbulnya sesuatu masalah berbeda-beda.
2.      Segi-segi yang perlu mendapat perhatian dalam memecahkan masalah berbeda-beda.
3.      Kondisi di mana sesuatu teknik pemecahan tertentu selalu bersifat khas dan harus selalu diperhitungkan.
4.      Persepsi pihak atau pihak-pihak yang terlibat beraneka ragam.
5.      Teknik pemecahan untuk satu jenis masalah pada situasi tertentu, belum tentu sama ampuhnya apabila digunakan untuk memecahkan masalah sejenis pada waktu yang berbeda dengan kondisi yang lain pula.
Setiap masalah pada galibnya memiliki kekhususan yang menuntut pemecahan yang taylor' made pula. Karena keadaan demikianlah maka para ahli di bidang administrasi dan manajemen dewasa ini rnemberikan perhatian yang semakin besar terhadap penumbuhan dan pengembangan berbagai model, metode, dan teknik pemecahan masalah. Namun harus diakui bahwa meskipun belum terdapat kesepakatan universal mengenai berbagai model, metode, dan teknik tersebut, telah terdapat kesepakatan bahwa kemampuan memecahkan masalah merupakan salah satu kriteria penting dalam meningkatkan efektivitas kepemimpinan seorang yang menduduki jabatan pimpinan. Pada gilirannya kesepakatan tersebut merupakan dorongan kuat bagi para ahli untuk akumu-lasi teori dan pengetahuan tentang berbagai aspek pemecahan masalah itu. Seorang pejabat pimpinan, dengan titelatur atau gelar apapun ia dikenal, karena kedudukannya itu ia harus memikul tanggung jawab untuk memimpin, mengemudikan dan mengendalikan jalannya roda organisasi, dan berbagai fungsi harus diselenggarakannya, baik fungsi itu bersifat organik maupun bersifat penunjang. Pemecahan masalah berkaitan erat dengan semua fungsi fungsi manajemen.
Misalnya, salah satu fungsi manajemen yang sangat mendasar sifatnya adalah penentuan tujuan dan berbagai sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi. Setiap orang yang telah berpengalaman dalam kehidupan organisasional pasti mengetahui, bahwa tanpa adanya tujuan dan sasaran yang jelas, kegiatan organisasi akan tidak menentu arahnya karena tidak tertuju pada sesuatu titik sentral  akhir tertentur. Jika hal tersebut sampai terjadi. maka dapat dipastikan bahwa akan terjadi berbagai jenis masalah, seperti pemborosan sumber daya dan dana yang terbatas. Sulitnya menyelenggarakan fungsi-fungsi manajemen yang lain, frustasi di kalangan para tenaga pelaksana,  dari beraneka masalah lainnya. Para ahli yang menekuni bidang administrasi dan manajemen telah sependapat, bahwa langkah pertama yang dalam banyak hal merupakan Iangkah terutamna dalam memimpin, mengemudikan, dan mengendalikan jalannya roda organisasi adalah menetapkan tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai dengan pelaksanaan berbagai kegratan operasional dalam dan olelt organisasi yang bersangkutan.
Kiranya tidak salah apabila dikatakan, bahwa hakikat kehidupan dan karier rnanajerial sesungguhnya berkisar pada masalah dan pemecahannya. Seseorang yang berhasil meningkatkan kemampuannya memecahkan masalah organisasional, sesungguhnya telah berhasil pula meningkatkan kemampuannya sebagai seorang pejabat pimpinan. Salah satu alasan fundamental untuk mengatakan demikian ialah karena apabila seseorang berhasil meningkatkan kemampuannya memecahkan masalah, secara tidak langsung ia dapat pula meningkatkan kenrampuan para bawahannya untuk memecahkan masalah pada tingkat teknis operasional. Hal demikian secara kumulatif akan berarti peningkatan kemampuan organisasi mencapai berbagai tujuan dan sasarannya. Salah satu tolok ukur keberhasilan seorang manajer adalah tingkat kemahirannya memecahkan masalah. Dengan kemahiran yang meningkat, seorang manajer akan mampu memecahkan lebih banyak masalah setiap harinya, mulai dari masalah yang tergolong mudah hingga masalah-masalah yang rumit dan sukar.
Pemecahan masalah berkisar pada pengambilan tujuh langkah, yaitu:
1.      Identifikasi dan definisi hakikat masalah yang dihadapi.
2.      Pengumpulan dan pengolah informasi.
3.      Identifikasi alternatif.
4.      Analisis berbagai alternatif.
5.      Penentuan pilihan alternatif terbaik.
6.      Pelaksanaan.
7.      Evaluasi hasil yang dicapai.

B.     Rasionalitas Dan Pengambilan Keputusan
Sebagai dalam proses pengambilan keputusan, model tersebut memuat dua rasionalitas, yaitu sebagai berikut :
1.      Rasionalitas Keputusan
Sarana hasil akhir (means ends) adalah definisi rasionalitas yang paling sering digunakan dalam pengambilan keputusan. Bila sarana (peralatan) dipilih secara tepat untuk mencapai berbagai hasil akhir yang diinginkan, keputusan dikatakan rasional. Bagaimanapun juga ada banyak komplikasi pada tes rasionalitas sederhana ini. Pertama adalah sulit untuk memisahkan sarana-sarana dari hasil akhir, karena suatu hasil akhir nyata mungkin hanya merupakan suatu sarana bagi hasil akhir dimasa mendatang. Gagasan ini bisa disebut means-ends chain atau hierarchy. Simon, mengemukakan bahwa hirarki sarana hasil akhir terkadang merupakan satu rantai yang terintegrasi dan sepenuhnya kait mengkait. Hubungan antara kegiatan organisasi dan tujuan akhir sering kabur atau tujuan akhir ini dirumuskan secara tidak lengkap atau ada berbagai bentuk komplik internal dan kongtradiksi diantara tujuan dan diantara sarana-sarana yang dipilih untuk mencapainya ( Herbert A Simon, 1957). Disamping itu konsep yang digunakan dalam pengambilan keputusan bahkan mungkin sudah usang. Sebagai contoh,  penggunaan analisis economic order quantity tanpa memperhatikan pemenuhan asumsi-asumsinya, dimana hal ini sulit dilakukan dalam situasi bisnis sekarang dapat mengarahkan pengambilan keputusan tidak rasional. Satu cara untuk memperjelas rasionalitas sarana hasil akhir adalah dengan menambahkan berbagai kata keterangan yang sesuai pada berbagai tipe rasionalitas. Jadi suatu keputusan disebut rasional secara obyektif adalah bila keputusan tersebut dapat memaksimumkan nilai-nilai tertentu dalam suatu situasi tertentu. Rasioonal secara subyektif dapat digunakan bila keputusan memaksimumkan perolehan relatif pengetahuan akan subyek tertentu. Rasional secara sadar mungkin diterapkan untuk keputusan-keputusan dimana berbagai penyesuaian sarana terhadap hasil akhir merupakan proses yang dilakukan dengan sadar. Suatu keputusan adalah rasional secara sengaja bila penyesuaian sarana terhadap hasil akhir merupakan proses yang dilakukan dengan sadar. Suatu keputusan  rasional secara sengaja bila penyesuaian sarana terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh individu atau organisasi. Suatu keputusan adalah rasional secara orgaisasional dalam arti bahwa keputusan tersebut diarahkan pada tujuan organisasi dan rasional secara pribadi bila keputusan diarahkan ke tujuan individual.
2.      Rasionalitas Terbatas Dan Satisficing
Rasionalitas terbatas (bounded rationality) berarti bahwa orang-orang memiliki keterbatasan dalam pemikiran rasional. Organisasi merupakan sesuatu yang sangat kompleks dan para manajer memiliki waktu dan kemampuan untuk memproses informasi dalam jumlah yang terbatas bagi pengambilan keputusan. Karena pemimpin tidak memiliki cukup waktu atau kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang lengkap mengenai keputusan yang kompleks, mereka harus satisfice. Satisficing berarti bahwa pembuat keputusan memilih alternatif solusi pertama yang memenuhi kriteria keputusan minimal. Daripada mencari seluruh alternatif untuk mengidentifikasi solusi tunggal yang akan memaksimalkan pendapatan ekonomi, manajer akan memilih solusi pertama yang muncul untuk memecahkan masalah, meski diperkirakan ada solusi lain yang lebih baik. Pembuat keputusan tidak dapat mempertaruhkan waktu dan pengeluaran dalam rangka memperoleh informasi yang lengkap.
Model administratif tergantung pada asumsi-asumsi yang berbeda dengan apa yang menjadi asumsi pada model klasik dan memfokuskan pada faktor-faktor organisasi yang mempengaruhi keputusan individu.
Menurut model administratif :
Sasaran keputusan terkadang tidak jelas, saling bertentangan, dan kurangnya kesepakatan antar pemimpin. Para pemimpin sering tidak menyadari masalah atau kesempatan yang ada dalam organisasi.
Prosedur rasional tidak selalu digunakan, dan ketika digunakan ternyata dibatasi pada pandangan yang sederhana mengenai masalah yang tidak mencakup seluruh kompleksitas atas apa yang terjadi dalam organisasi yang sesungguhnya. Pencarian pemimpin terhadap alternatif-alternatif dibatasi oleh batasan-batasan manusiawi, informasi dan sumber daya.

C.    Definisi Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Untuk itu dalam suatu proses pengambilan keputusan sebaiknya didasarkan oleh pemecahan masalah yang diambil dengan metode pencarian alternatif dari alternatif yang tersedia agar tidak terjadi hal-hal yang tidak sembarangan. Setiap organisasi, baik dalam skala besar maupun kecil, terdapat terjadi perubahan-perubahan kondisi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal organisasi. Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang terjadi maka diperlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.
Proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dilakukan agar roda organisasi beserta administrasi dapat berjalan terus dengan lancar
Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh seorang manajer atau administrator. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang pimpinan dalam membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan kemampuan pimpinan dalam pembuatan keputusan maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang dibuatnya, sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja organisasi.
Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan organisasi dan manajemen. Misalnya, dalam tahap perencanaan diperlukan banyak kegiatan pembuatan keputusan sepanjang proses perencanaan tersebut. Keputusan-keputusan yang dibuat dalam proses perencanaan ditujukan kepada pemilihan alternative program dan prioritasnya. Dalam pembuatan keputusan tersebut mencakup kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan pemilihan alternatif keputusan berdasarkan perhitungan dan berbagai dampak yang mungkin timbul. Begitu juga dalam tahap implementasi atau operasional dalam suatu organisasi, para manajer harus membuat banyak keputusan rutin dalam rangka mengendalikan usaha sesuai dengan rencana dan kondisi yang berlaku. Sedangkan dalam tahap pengawasan yang mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian terhadap hasil pelaksanaan dilakukan untuk mengevalusai pelaksanaan dari pembuatan keputusan yang telah dilakukan. Pada akhirnya, kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat merupakan bagian dari kegiatan administrasi dimaksudkan agar permasalahan yang akan menghambat roda organisasi dapat segera terpecahkan dan terselesaikan sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif.
D.    Ciri Dan Tipe Keputusan
Ciri-ciri dari Keputusan terbagi beberapa, antara lain :
1.      Proses Pengambilan Keputusan
Kegiatan pengambilan keputusan adalah kegiatan yang kompleks. Pengalaman banyak manajer yang berkecimpung dalam memecahkan masalah sehari-hari dan hasil-hasil penelitian menunjukkan, bahwa kegiatan pengambilan keputusan akan menjadi lebih efektif bila didekati dengan:
1)   Pendekatan yang interdisipliner.
2)   Proses yang sistematis.
3)   Proses berdasarkan informasi.
4)   Memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian.
5)   Diarahkan pada tindakan nyata.
a.       Pendekatan yang Interdisipliner
Proses pengambilan keputusan tidak bisa dilihat sebagai suatu tindakan tunggal. tidak pula ia dapat dipandang sebagai suatu tindakan yang seragam yang berlaku untuk semua keadaan, serta dapat digunakan oleh pengambil keputusan yang berbeda dengan tingkat efektivitas yang sama. Proses pengambilan keputusan terdiri dari berbagai tindakan dengan memanfaatkan berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan berorganisasi.
Telah terlihat bahwa pengambilan keputusan, baik pada tingkat individu, tingkat kelompok, maupun tingkat organisasi, pada umumnya berarti secara sadar menjatuhkan pilihan atas berbagai alternatif tertentu setelah mengalami proses seleksi yang teliti. Proses pengambilan keputusan memerlukan penggunaan ide atau persepsi tentang yang baik dan yang tidak baik, yang benar dan yang ialah, yang layak dan yang tidak layak dilakukan serta yang harus dilakukan dan yang sebaiknya tidak dilakukan.
Artinya, proses pengambilan keputusan mau tidak mau harus memperhitungkan nilai-nilai organisasional dan nilai-nilai sosial. Bahkan nilai moral dan etika pun harus diperhitungkan.Disamping itu,karenadalam proses pengambilan keputusan manusia memainkan peranan yang paling menentukan, maka filsafat hidup, nilai-nilai yang dianut, latar belakang pendidikan, pengalaman, pandangan atau persepsi seseorang, turut pula berperan.
b.      Proses yang Sistematis
Dewasa ini telah lumrah orang menerima pendapat yang mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses yang logis yang melibatkan pengambilan langkah-langkah secara berurut atau sekuensial. Pendapat demikian selanjutnya mengatakan, bahwa dengan merinci proses itu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan dikenal pula dengan proses yang atomik, pendekatannya bersifat linear dan apabila setiap bagian kecil telah diputuskan, keseluruhan proses pengambilan keputusan itu akan berlangsung dengan efektif.
Dalam pada itu ada pula pendapat yang mengatakan, bahwa proses pengambilan keputusan itu menyangkut naluri, daya pikir dan serangkaian metode intuitif yang keseluruhannya dirangkum dalam apa yang biasa disebut dengan kreativitas. Pendapat yang kedua ini serihg disebut dengan pendekatan yang holistik. Karena melihat proses pengambilan keputusan dalam totalitasnya sebagai bagian dari suatu kerangka umum yang didalamnya berbagai unsur disatukan secara rapi. Mungkin sepintas lalu terlihat seolah-olah pendekatan yang atomistik dan holistik itu merupakan dua pendekatan yang tidak dapat dipertemukan. Bahkan para ahli manajemen tergolong pada penganut salah satu kubu pendapat itu. Memang benar masing masing pendekatan menggunakan cara-cara yang berbeda satu dengan yang lain. Akan tetapi sesunguhnya keduanya bertemu pada satu titik sentral dalam proses pengambilan keputusan, yaitu berpikir.
c.       Proses Berdasarkan Informasi
Berkat perkembangan yang amat pesat di bidang teknologi dewasa ini terlihat dan terasa pertumbuhan yang sangat pesat suatu cabang ilmu pengetahuan baru yang disebut informatika. Informatika dengan tiga seginya yaitu perangkat keras, perangkat lunak dan perangkat insani, berkembang sedemikian pesatnya sehingga ia telah mencukupi semua segi penghidupan dan kehidupan, termasuk kehidupan organisasional. Bahkan dengan cepatnya dan demikian menyeluruh cakupan serta dampak perkembangan informatika itu,  maka dikatakan bahwa masyarakat masa depan akan dikenal sebagai masyarakat informasional.
Kenyataan memang menunjukkan bahwa dewasa ini sudah tidak mungkin lagi seorang manajer terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang efektif tanpa pengetahuan yang memadai tentang pemanfaatan informatika dalam pelaksanaan tugas-tugas eksekutifnya. Seandainya mungkin ada seorang pengambil keputusan yang memiliki informasi yang lengkap dan sempurna tentang sesuatu keputusan yang akan diambil, orang tersebut tentu tidak lagi dihadapkan pada tugas menjatuhkan pilihan atas berbagai alternatif yang tersedia baginya. Akan tetapi kenyataan menunjukkan, bahwa tidak ada seorang manajer pun yang memiliki seluruhnya informasi yang diperlukannya secara lengkap dan dalam bentuk yang sempurna. Karena itu, seorang manajer masih harus menuntut agar tersedia baginya informasi yang memenuhi persyaratan kemutakhiran, kelengkapan, dapat dipercaya, dan disajikan dalam bentuk yang tepat. Hanya dengan demikianlah hakikat masalah yang dihadapi dapat diketahui, yang pada gilirannya membantu dalam menjatuhkan pilihan atas sesuatu altematif tertentu.
Pengambilan keputusan tanpa informasi berarti menghilangkan kesempatan belajar secara adaptif. Padahal kemampuan beradaptasi itu mutlak perlu dalam proses pengambilan keputusan secara efektif.
Karena itu merupakan tuntutan obyektif bagi seorang manajer untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal:
1)      Menangani informasi.
2)      Mendefinisikan kebutuhannya akan informasi.
3)      Menjamin bahwa pengumpulan informasi dilakukan secara tepat.
4)      Menjamin bahwa informasi yang dikumpulkan dianalisis secara baik.
d.      Memperhitungkan Faktor-faktor Ketidakpastian
Perdefinisi keputusan selalu berorientasi ke masa depan. Adagium kuno berkata bahwa satu-satunya kepastian tentang masa depan adalah ketidakpastian. Filsafat yang terdapat dalam adagium tersebut berlaku pula bagi proses pengambilan keputusan. Memang terdapat alat-alat bantu bagi manajer yang memungkinkannya melakukan berbagai tindakan, sehingga resiko yang mungkin dihadapi di masa depan dapat dikurangi, meskipun tidak mungkin untuk menghilangkannya sama sekali. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses-proses pengambilan keputusan pun selalu mengandung resiko. Betapapun telitinya perkiraan keadaan dilakukan, betapapun mendalamnya pengkajian yang dilakukan terhadap berbagai alternatif tindakan yang hendak ditempuh, tetap tidak ada jaminan bahwa alternatif yang terpilih bebas dari resiko ketidakpastian. Yang paling mungkin dilakukan ialah mengambil semua langkah yang harus diambil sehingga apabila tiba saatnya menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif yang tersedia, terdapat keyakinan bahwa pada saat diambilnya keputusan tersebut, tindakan itulah yang diperkirakan terbaik. Perlu disadari pula bahwa mungkin saja satu keputusan yang diambil dipandang tepat pada waktu keputusan itu diambil, padahal setelah dilaksanakan tidak seluruhnya membawa hasilyang diharapkan. Salah satu penyebab utama sampai teradi hal yang demikian ialah karena pada umumnya terdapat kesenjangan antara saat diambilnya keputusan dan saat dilaksanakannya keputusan tersebut.
Padahal sementara itu mungkin telah terjadi perubahan yang berpengaruh baik pada masalah yang hendak dipecahkan maupun pada faktor faktor penyebab timbulnya masalah tersebut. Itulah sebabnya proses pengambilan keputusan selalu dihadapkan kepada situasi probabilitas. Seorang manajer dapat memperhitungkan probabilitas keberhasilan atau kekurang berhasilan pelaksanaan suatu keputusan dengan dua jenis alat bantu utama.
e.       Perhatian pada Tindakan Nyata
Dapat dikatakan bahwa tindakan merupakan tanggapan terhadap suatu masalah yang mengundang pemecahan. Dapat pula dikatakan bahwa tindakan merupakan suatu tuntutan adanya sasaran yang hendak dicapai. Atau dengan kata Iain, tindakan menjembatani pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Oleh karena itulah, tidak jarang seorang manajer dihadapkan kepada kesulitan untuk dapat menentukan secara pasti, kapan pemecahan masalah berakhir dan proses pengambilan keputusan dimulai.
Perlu diperhatikan bahwa masalah dan sasaran sering mempunyai siklus pertumbuhan dan penyusutan. Demikian juga faktor faktor yang mempengaruhi, seperti misalnya hambatan yang menjadi penghalang tercapainya kemajuan dalam memecahkan masalah. Siklus pertumbuhan dan penyusutan ini perlu dikenali secara tepat karena pengenalan atas terjadinya siklus tersebut akan sangat mempengaruhi keputusan untuk bertindak atau tidak.
Dengan kata lain, sebelum seorang mengambil keputusan untuk bertindak dan dalam bentuk apa atau keputusan untuk tidak bertindak dan mengapa, harus mengkaji secara mendalam dalam situasi apa organisasi berada sepanjang siklus yang sedang dihadapi. Dalam praktek hal ini berarti bahwa jika tercapainya sasaran yang telah ditetapkan dirasakan semakin penting, pada umumnya keputusan untuk segera bertindak adalah keputusan yang tepat. Tetapi, jika dirasakan bahwa faktor'faktor penghalang untuk pencapaian sasaran tenebut sedang menyusut atau mengalami kemunduran, maka seseorang tidak perlu merisaukan apabila keputusan yang diambil adalah menunda suatu tindakan tertentu hingga dampak faktor-faktor penghalang itu melemah. Sebaliknya, jika pentingnya pencapaian sasaran dirasakan berkurang atau menurun sedangkan dampak faktor-faktor penghalang dirasakan semakin kuat, keputusan untuk segera bertindak dapat dibenarkan dan dipertanggungiawabkan. Tidak salah apabila seorang manajer memutuskan untuk bersikap menunggu sampai terjadi perkembangan lebih lanjut, sampai terdapat kejelasan apakah pencapaian sasaran semakin penting atau semakin kurang penting, dan apakah dampak faktor-faktor penghalang semakin kuat atau semakin melemah.
Dalam setiap pengambilan keputusan, akan terdapat lima jenis tindakan yang perlu diperhitungkan, yaitu :
Pertama, mengambil tindakan sementara yang memberi waktu untuk bernafas sambil menunggu perkembangan lebih lanjut. Dalam mengambil tindakan demikian, sesungguhnya seseorang hanya ingin mempertahankan status quo yang ada. Sikap demikian berarti bahwa situasi yang dihadapi tidak mengalami  perubahan dan masalah yang dihadapi pun belum terpecahkan. Mengambil sikap demikian hanya dapat dipertanggungiawabkan apabila akibat sikap itu tidak bersifat fatal bagi pihak yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut.
Kedua, sikap menerima kenyataan yang ada. Sikap demikian tidak identik dengan sikap pasrah atau fatalistik. Yang terjadi ialah seorang manajer mengambil tindakan-tindakan yang kompromistis. Atau dapat pula berarti bahwa seorang manajer mengambil keputusan kedua terbaik karena situasi sedemikian rupa sehingga taktor-faktor penghalang sama sekali berada di luar kemampuan manajer yang bersangkutan untuk mengatasi atau mengendalikannya. Misalnya, seorang usahawan yang membuka restoran di satu pusat perbelanjaan menghadapi persaingan dengan dibukanya restoran lain oleh usahawan lain. Karena usahawan pertama tidak dapat berbuat apa-apa sepanjang timbulnya penghalang, dalam bentuk persaingan tadi, ia harus bersedia menerima kenyataan tersebut. Tindakannya berupa keputusan kedua terbaik, seperti misalnya menyajikan hidangan yang lain dari yang dihidangkan oleh restoran kedua, atau meningkatkan mutu pelayanannya.  Dalam hal ini peranan faktor penghalang menjadi semakin besar. Lain halnya jika usahawan pertama dapat berbuat sesuatu sehingga tidak ada restoran lain yang boleh dibuka di kawasan perbelanjaan itu.
Ketiga, mengambil tindakan yang sifatnya korektif. Mengambil tindakan korektif artinya mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memecahkan sesuatu masalah-masalah sesudah masalah itu timbul dan menentukan arah baru yang hendak ditempuh sehingga sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai.
Bertindak demikian dimungkinkan apabila:
a.) Pencapaian sasaran menjadi semakin penting.
b.) Dampak kendala yang timbul dapat diatasi.
c. Faktor-faktor penyebab timbulnya kendala dapat diatasi atau dihindarkan.
d.) Organisasi memiliki kemampuan untuk melaksanakan keputusan yang telah    diambil.
Jika empat kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka berarti bukan tindakan korektiflah yang paling tepat untuk diambil.
Keempat, mengambil tindakan preventif. Apabila dirasakan bahwa dampak faktor-faktor penghalang akan semakin besar dan dengan demikian dapat berpengaruh terhadap pencapai sasaran, tindakan yang paling tepat diambil adalah yang bersifat preventif. Artinya, tindakan yang mencegah jangan sampai faktor-faktor penghalang timbul, atau apabila sempat timbul, memperkecil dampaknya sedemikian rupa sehingga pengaruhnya terhadap usaha pencapaian sasaran berada pada tingkat toleransi yang masih dapat dibenarkan dan dipertanggung jawabkan.
Kelima, mengambil tindakan yang sifatnya antisipatif. Tindakan demikian merupakan langkah yang berusaha uniuk memperkecil atau mencegah timbulnya situasi yang tidak diinginkan. Tindakan demikian diambil apabila usaha pencapaian tujuan dan sasaran dirasakan sangat penting, dan para manajer dalam organisasi mempunyai kemampuan untuk bertindak, sehingga kondisi yang tidak menguntungkan tidak sampai timbul. Melatar belakangi semua jenis tindakan di atas adalah pertanyaan yang selalu perlu ditanyakan oleh para manajer pengambil keputusan, yaitu apa yang sesungguhnya ingin dicapai dengan dilakukannya sesuatu tindakan tertentu.
2.      Penilaian
Penilaian biasanya didefinisikan sebagai usaha yang rasional untuk membandingkan hasil yang diharapkan dicapai berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam rencana dengan hasil yang nyatanya dicapai sebagai akibat dari tindakan-tindakan operasional yang telah dilakukan. Pentingrya penilaian dilakukan terlihat dari kenyataan, bahwa semua kegiatan administrasi dan manajemen bersifat proses, yang antara lain berarti bahwa tingkat efektivitas dan produktivitas yang lebih tinggi hanya mungkin dicapai setelah melalui berbagai tahap dan kurun waktu tertentu.
3.      Tindakan Memutuskan
Akal sehat dan pemikiran yang logis akan dengan mudah menerima pendapat yang mengatakan bahwa dalam seluruh proses pengambilan keputusan, tindakan memutuskan merupakan tindakan yang paling dominan. Bahkan tanpa adanya tindakan mentutuskan, sesungguhnya proses pengambilan keputusan itu tidak berarti apa-apa. Tindakan memutuskan juga merupakan langkah yang paling sulit.
4.      Fungsi & Tujuan Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi sebagai berikut:
a.       Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional. Suatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang, di mana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
.Tipe dari Keputusan terbagi tiga kelompok antara lain :
a.       Keputusan kelompok
Keputusan kelompok yaitu pengambilan keputusan kelompok timbul dari keyakinan pendapat dua orang lebih baik dari satu. Kelompok yang “baik” dalam suatu organisasi adalah kelompok yang telah “dewasa” atau terus-menerus berusaha supaya menjadi dewasa. Pengambilan keputusan dalam kelompok memiliki kelemahan dan kelebihan antara lain:
1)      Keunggulannya sebagai kelompok dapat menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap.
2)      Kelemahannya di karenakan waktu lebih banyak, tekanan konformitas dan keinginan untuk diterima dalam kelompok dapat mengganggu putusan yang dibuat.
b.      Keputusan pribadi
Keputusan pribadi yaitu pengambilan keputusan pribadi oleh seseorang demi kepentingan organisasi akan di pengaruhi oleh kepentingan pribadinya. Antara individu yang satu dengan individu yang lain akan berbeda dalam mengambil keputusan tersebut.
c.       Keputusan dasar
Keputusan dasar yaitu pengambilan keputusan yang diambil secara wewenang yang di miliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.




E.       Tahap-tahap Pengambilan Keputusan
Sebagai dalam proses pengambilan keputusan, model tersebut memuat tiga tahap pokok, yaitu sebagai berikut :
1.      Riset, yaitu mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan keputusan
2.      Perancangan, yaitu mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan yang mungkin.
3.      Pemilihan, yaitu menetapkan arah tindakan tertentu dari totalitas yang ada.









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, teknik pengambilan keputusan sangat diperlukan karena untuk mengatur jalannya diskusi pada kelompok dalam menerima opini maupun saran dari kelompok lain. Misalnya teknik sumbang saran dalam hal kebebasan untuk menyampaikan ide karena tidak ada kekhawatiran untuk dikritik atau dihentikan sebelum selesai berbicara didalam diskusi kelompok. Sedangkan teknik kelompok nominal dipergunakan untuk mengidentifikasi keberatan- keberatan bahwa anggota kelompok mempunyai masalah yang mungkin dapat dibicarakan atau dengan kata lain teknik ini dipergunakan untuk mengidentifikasi kriteria dan halangan- halangan dimana anggota- anggota kelompok akan mempergunakan untuk mengevaluasi situasi itu.
Oleh karena itu, didalam diskusi kelompok sangat memerlukan teknik-tekhnik tersebut agar mengetahui tingkat kreativitas baik dari kelompok itu sendiri maupun kelompok lain yang memberikan opini. Selain itu, suatu permasalahan tidak akan mendapatkan jalan keluar jika tidak ada pendapat atau opini untuk memecahkannya.
B.     Saran
Dengan disusunnya makalah ini, maka pembaca atau mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang teknik-teknik pengambilan keputusan.
Semoga makalah ini dapat diterima dan dimengerti serta berguna bagi pembaca atau mahasiswa, dalam makalah ini kami mohon maaf jika ada tulisan kami atau bahasa kami kurang berkenan, dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran atas tulisan kami agar bisa membangun dan memotivasi kami agar membuat tulisan jauh lebih baik lagi.







DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Teknik Pengambilan Keputusan _ Still Learning.htm
Higin, J. 1979. Organization Policy and Strategik Management: Text and Cases.Illinois: The Dryden Press. Syafie Kencana Inu, dkk. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta : Reneka Cipta
http://cumaatugaas.blogspot.com/2013/05/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi.html
Ihsan. 2009. Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan [Online]http://www.ruangihsan.net/2009/08/peran-kepemimpinan-dalam pengambilan.html

Komentar

Postingan Populer