Analisis Kejatuhan Bisnis Sevel Hingga Akhirnya Gulung Tikar
BISNIS INTERNASIONAL
ANALISIS SEVEL
Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mercu Buana Jakarta
Analisis Kejatuhan Bisnis Sevel Hingga Akhirnya Gulung
Tikar
Eleven atau Sevel menjadi topik hangat pasca
keputusan pihak pengelola menutup seluruh gerai 30 Juni 2017. Berbagai
pandangan muncul mengulas kejatuhan Sevel.
Ada yang mengatakan, Sevel tutup karena tidak punya konsep bisnis yang jelas. Ada pula yang berpendapat, kombinasi antara konsep bisnis tak jelas, tak ada keunikan produk, dan kondisi keuangan memburuk, memicu Sevel bangkrut.
Bukan cuma itu, ada juga yang menyebut intervensi pemerintah membuat bisnis Sevel meredup. Kemudian, mengapa bisnis Sevel meredup hingga akhirnya tutup?
Pakar Marketing, Rhenald Kasali, mengatakan persoalan terjadi pasca pemerintah pada 2012 lalu meminta Sevel menentukan model bisnis minimarket atau restoran/kafe. Saat itu, Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri menyurati Sevel dan toko ritel lainnya, Lawson.
"2012 ke sini, bisnis modelnya sudah tak sesuai dengan bisnis model yang awal. Setelah itu menjadi kacau, cost menjadi mahal. Setelah itu ada peraturan pemerintah mengenai alkohol, Akhirnya makin terpuruk kan," kata ujar Rhenald.
Ada yang mengatakan, Sevel tutup karena tidak punya konsep bisnis yang jelas. Ada pula yang berpendapat, kombinasi antara konsep bisnis tak jelas, tak ada keunikan produk, dan kondisi keuangan memburuk, memicu Sevel bangkrut.
Bukan cuma itu, ada juga yang menyebut intervensi pemerintah membuat bisnis Sevel meredup. Kemudian, mengapa bisnis Sevel meredup hingga akhirnya tutup?
Pakar Marketing, Rhenald Kasali, mengatakan persoalan terjadi pasca pemerintah pada 2012 lalu meminta Sevel menentukan model bisnis minimarket atau restoran/kafe. Saat itu, Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri menyurati Sevel dan toko ritel lainnya, Lawson.
"2012 ke sini, bisnis modelnya sudah tak sesuai dengan bisnis model yang awal. Setelah itu menjadi kacau, cost menjadi mahal. Setelah itu ada peraturan pemerintah mengenai alkohol, Akhirnya makin terpuruk kan," kata ujar Rhenald.
Menurut Rhenald, Sevel awalnya menerapkan model bisnis tempat anak muda nongkrong. Namun, setelah 2012, konsep itu tidak bisa diterapkan.
Kenapa konsep tersebut tidak bisa lagi dijalankan?
"Pertama, karena aturannya melarang mereka. Kedua, mereka dilarang menjual bir. Bir itu kan ada turunannya, makanan yang lain ikut semua, seperti snack. Setelah itu, mulailah kekacauan muncul," tutur Rhenald.
Rhenald menambahkan, sikap regulator seperti yang dialami Sevel masih dijumpai di industri lainnya. Oleh sebab itu, ia 'menyentil' regulator mengubah sikap dalam membuat kebijakan bagi pelaku usaha.
"Fokus saya ingin 'menyentil' regulator agar rezim perizinan itu menjadi lebih soft, friendly bagi dunia usaha," tutur Rhenald.
Bisnis model
Pandangan berbeda datang dari Budi Satria Isman. Pengusaha dan pelatih eksekutif ini menilai regulator bukan faktor utama pemicu berakhirnya bisnis Sevel di Indonesia.
Budi merangkum analisis kejatuhan Sevel melalui Smart Business Map yang terdiri 3 komponen yaitu, playing field, market landscape dan operational profitability.
Pertama, lewat parameter playing field, Budi menilai Sevel tidak tegas menentukan model bisnis, Restoran/Kafe atau Convenience Store. Sevel, menurut Budi, menerapkan model bisnis Food Store Destination sejak buka gerai pertama kali di Jakarta pada 2009.
"Bisnis model menurut saya kurang clear maunya bagaimana. Sevel di dunia sebetulnya convenience store, di Indonesia dicoba melakukan inovasi yang menyebabkan biaya per outlet mahal," tutur Budi.
Kedua, market landscape. Sevel tidak memiliki sesuatu yang unik sebagai pembeda dengan toko ritel serupa. Menurut Budi, Sevel menawarkan konsep convenience store yang memiliki tempat dan WiFi gratis dengan makanan siap saji yang terbatas menunya. Konsep seperti ini mudah sekali ditiru kompetitor.
Ketiga, operational profitability. Budi menjelaskan, pertumbuhan bisnis Sevel lebih banyak mengandalkan ekspansi gerai. Cara ini membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga mereka mencari dana lewat right issue dan menambah modal lewat pinjaman bank.
Di sisi lain, Sevel juga menambah investasi untuk Central Kitchen dan Fresh Food. Budi mengatakan, Banyak investasi yang mereka lakukan sehingga cash flow menjadi tergerus. Sementara, gerai-gerai yang ekspansif dibuka, tak semuanya menguntungkan.
Sehingga, penjualan per gerai Sevel mulai turun sejak 2014, dan pendapatan per gerai juga menurun.
"Banyak sekali masalah, itu adalah masalah internal, bukan cuma faktor eksternal," ucap Budi.
Yang jelas, penutupan Sevel pada 30 Juni 2017 nanti tinggal menghitung hari. Musibah yang menimpa Sevel diharapkan tak menular ke toko ritel lainnya di Indonesia.
"Mudah-mudahan enggak ada lagi yang kolaps seperti ini," pungkas Budi.
Liputan6.com, Jakarta - Gerai 7-Eleven di Indonesia akan tutup pada 30 Juni 2017. Penutupan ini dinilai sejumlah pihak disebabkan berbagai macam faktor, mulai dari internal hingga eksternal. Akan tetapi, penutupan gerai 7-Eleven di Indonesia juga dapat menjadi pelajaran.
Akademisi dan praktisi bisnis, Rhenald Kasali,
angkat bicara mengenai penutupan gerai 7-Eleven di Indonesia. Ia
menilai ada berbagai faktor dapat membuat bisnis alami kemunduran. Terkait
penutupan gerai 7-Eleven ada kabar yang menyebutkan kalau bisnisnya terlalu
cepat besar, tidak merespons kebijakan, dan konsep nongkrong yang gagal.
PT Modern Internasional Tbk melalui anak usahanya PT
Modern Sevel Indonesia mengelola gerai 7-Eleven dengan konsep
berbeda dari bisnis minimarket lainnya. Mereka menyediakan fasilitas wifi,
berbagai macam makanan ringan, dan kopi. Fasilitas ini mendorong masyarakat
terutama anak muda betah nongkrong di gerai 7-Eleven. Konsep ini pula yang membuat
sejumlah minimarket lainnya meniru model bisnis 7-Eleven.
Oleh karena itu, Rhenald menilai konsep nongkrong yang
gagal itu kurang pas. Lantaran PT Modern Internasional Tbk melalui anak
usahanya PT Modern Sevel Indonesia (MSI) mampu mencetak penjualan mencapai Rp 1
triliun pada 2012.
BACA JUGA
Rhenald menuturkan, bisnis model yang dijalankan
7-Eleven di Indonesia tidak hanya ritel tetapi juga menyediakan makanan cepat
saji dan tempat untuk nongkrong. Ini juga mendorong bisnisnya cepat berkembang
dan diminati anak muda.
Ia menyoroti peran regulator turut mempengaruhi bisnis
model 7-Eleven di Indonesia. Rhenald menilai regulator masih mengikuti pola
lama soal perizinan. Pelaku usaha dalam hal ini manajemen 7-Eleven di Indonesia
saat itu harus memiliki izin untuk menjalankan bisnis ritel dan restoran.
"Desain konsep bisnis 7-Eleven menjadi masalah.
Kementerian A bilang boleh, tapi kementerian B tidak boleh. Kementerian ini
ingin menerapkan aturan dengan lainnya seperti ritel besar-besar yang tidak ada
restorannya," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, seperti
ditulis Selasa (27/6/2017).
Rhenald menilai, regulator kadang mengikuti dan
menyenangkan pemain yang sudah ada tapi tak mau berinovasi atau
disebutnya lazy incumbents. Bila itu terus terjadi maka dapat menghambat
inovasi. Pelaku usaha lama pun tak mengantisipasi perubahan konsep persaingan
dengan model bisnis baru.
Oleh karena itu, ia mengharapkan regulator tidak hanya
terpaku dengan pemain lama saja, tetapi juga mendorong inovasi baik dari pemain
lama. Apalagi menurut Rhenald saat ini para pemain di dunia kencang untuk
berinovasi.
"Inovasi ke depan memang akan membuat lebih
murah. Kalau tidak mendorong pelaku lama melakukan inovasi maka potensi kita
akan diambil oleh pendatang luar negeri lewat internet of things,"
ujar dia.
Rhenald menambahkan, regulator juga seharusnya lebih
terbuka dan memberikan ruang bagi pemain baru. Ini agar pemain baru juga
mendapatkan tempat dan membuka peluang usaha. Selain itu, Rhenald juga
mengharapkan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) benar-benar dilaksanakan oleh
pemerintah.
Rhenald menilai, perilaku regulator tersebut
tidak hanya terjadi dalam kasus 7-Eleven, tetapi juga sektor usaha lainnya
mulai dari baja, taksi online hingga sektor keuangan. Terkait
penutupan seluruh gerai 7-Eleven ini, Rhenald menilai hal itu tak menunjukkan
bisnis ritel di Indonesia lesu.
"Convenience store yang umumnya dekat
dengan pelanggan akan selalu ada," kata dia.
Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) Indonesia, Rosan P Roeslani menilai tutupnya 7-Eleven karena konsep
bisnis yang kurang tepat dijalani di Indonesia.
"7-Eleven ini bisnis modelnya kurang tepat di
Indonesia. Saya sudah lihat sejak pertama dibuka," kata Rosan di sela-sela
acara halalbihalal di rumah pribadinya kawasan Kemang, Jakarta, Senin 26 Juni
2017.
Pendiri Grup Recapital ini menilai, bisnis model yang
membawa 7-Eleven dalam keterpurukan
karena dengan marjin keuntungan yang tipis 1 sampai 3 persen,
tapi pembeli bisa nongkrong berjam-jam hanya dengan membeli satu produk.
Sementara biaya sewa toko besar dan tidak mampu ditutupi dari hasil penjualan.
"Bisnis modelnya kurang tepat karena marjin ritel
itu cuma 1 sampai 3 persen, mestinya in-out cepat.
Bukan cuma beli roti satu, lalu duduk sampai berjam-jam. Sedangkan biaya sewa
ruangan besar," papar Roesan.
Berbeda dengan Alfamart dan Indomart, kata Rosan,
ongkos sewa yang tidak sebesar 7-Eleven, tapi kedua toko ritel modern
tersebut mencatatkan volume transaksi yang jauh lebih tinggi dibanding toko
ritel dari Amerika Serikat (AS) itu.
"Alfamart dan Indomart tempat kecil, efisien,
orang keluar masuk, volumenya banyak. Kalau fix cost besar
dipakai buat nongkrong doang, ya tidak jalan. Kecuali marjinnya besar,
bolehlah," Rosan menerangkan.
Graduated from Telkom University.
Human Resources and Marketing Connoisseur.
7 Eleven merupakan salah satu jaringan ritel convenience store kelas
dunia yang tersebar di 18 negara di dunia dengan jumlah outlet lebih dari
36.000 outlet. Di kawasan Asia dan Australia ritel ini sudah ada di 11 negara.
7-Eleven adalah jaringan toko kelontong (convenience store) 24 jam asal
Amerika Serikat yang sejak tahun 2005 kepemilikannya dipegang Seven & I
Holdings Co., sebuah perusahaan Jepang. Pada tahun 2004, lebih dari 26.000
gerai 7-Eleven tersebar di 18 negara;[1] antara pasar terbesarnya adalah
Amerika Serikat dan Jepang.
Didirikan pada tahun 1927 di Oak Cliff, Texas (kini masuk wilayah
Dallas), nama “7-Eleven” mulai digunakan pada tahun 1946. Sebelum toko 24 jam
pertama dibuka di Austin, Texas pada tahun 1962, 7-Eleven buka dari jam 7 pagi
hingga 11 malam, dan karenanya bernama “7-Eleven” (7-Sebelas).
Tahun 1991, Southland Corporation yang merupakan pemilik 7-Eleven,
sebagian besar sahamnya dijual kepada perusahaan jaringan supermarket Jepang,
Ito-Yokado. Southland Corporation lalu diubah namanya menjadi 7-Eleven, Inc
pada tahun 1999. Tahun 2005, seluruh saham 7-Eleven, Inc diambil alih Seven
& I Holdings Co. sehingga perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh pihak
Jepang.
Setiap gerai 7-Eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makanan,
minuman, dan majalah. Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti pembayaran
tagihan serta penjualan makanan khas daerah. Produk khas 7-Eleven adalah
Slurpee, sejenis minumas es dan Big Gulp, minuman soft drink berukuran besar.
7 Eleven di Indonesia
Masuknya 7 Eleven ke Indonesia melalui jalur franchise oleh PT. Modern
Internasional Tbk (juga distributor tunggal produk Fuji Film Jepang di
Indonesia) melalui anak perusahaannya, PT Modern PutraIndonesia. Seperti
diberitakan di situs resminya pembukaan
gerai pertama kali yaitu pada tanggal 07 November 2009 di daerah Bulungan,
Jakarta Selatan. Pembukaan dilakukan oleh empat orang secara bersamaan, Bapak
Sungkono Honoris, Bapak Luntungan Honoris, dan Bapak Siwi Honoris mewakili PT
Modern PutraIndonesia, dan Bapak Bob Jenkins, mewakili Principal 7 Eleven.
Indonesia adalah termasuk negara ke-12 di kawasan Asia dan Australia
dengan keberadaan 7 eleven didalamnya. Bisa dipastikan dunia bisnis ritel di
Indonesia akan semakin bergairah dengan semua tantangan dan peluangnya. Hingga
saat ini sudah banyak muncul para pemain dalam bisnis ritel ini dari mulai
kelas mini market, supermarket hingga hypermarket. Tidak hanya ritel lokal
saja, ritel asing yang masuk melalui system kewaralabaan juga sudah mulai
bermunculan.
Analisis SWOT 7-Eleven
-. KEKUATAN ( STRENGTH ) :
1. tempat strategis
2. banyak produk yang ditawarkan
3. free wi-fi
4. pencahayaan yang terang
5. pelayanan yang ramah
-. KELEMAHAN ( WEAKNESS ) :
1. produk yang dijual cukup mahal
2. lahan parkir yang kecil
3. lingkungan yang kotor
4. sirkulasi udara yang kurang baik
5. akses jalan masuk yang cukup padat
-. PELUANG ( OPPURTUNITY ) :1. memiliki peralatan yang canggih untuk menarik
konsumen
2. banyak sekolah atau universitas yang berada diwilayah
usaha untuk meningkatkan pendapatan
-. ANCAMAN ( THREAT ) :
1. terdapat lokasi usaha yang sama
2. harga yang tinggi dari produk yang dapat menurunkan potensi
keuntungan
3. banyak usaha yang sama dalam industrinya
Analisis Strategi Seven Eleven
1. Produk
Selain menjual aneka produk konsumer good, 7-Eleven juga menjual
produk-produk andalannya. Produk yang ditawarkan adalah produk-produk yang
diminati masyarakat Jakarta, seperti Slurpee, Gulp, Big Produk yang ditawarkan
adalah produk-produk yang diminati masyarakat Jakarta, seperti Slurpee, Gulp,
Big siap saji segar. Menu-menu di atas adalah menu makanan cepat saji yang
diminati pelanggan dan Hal inilah yang membuat outlet tersebut menjadi berbeda
dengan para pesaingnya, Perbedaan yang yang dapat di deferensiasikan dengan
kuat adalah dimana konsumen yang berkunjung dapat dengan bebas meracik sendiri
komposisi makanan yang akan di belinya.
2. Harga
Harga produk di 7-Eleven dijual dengan harga terjangkau, fresh, segar,
dan tersedia setiap saat. Hal ini dinilai telah sesuai dengan pasar sasarannya
yang didominasi kaum muda yang belum mempunyai penghasilan tinggi, waralaba ini
mematok harga yang cukup terjangkau
3. Distribusi
Pemilihan tempat bagi gerai 7 Eleven adalah membuka gerai di daerah
pemukiman yang strategis dengan outlet yang standar opearasi dan kualitas
pelayanan yang relatif sama dan merata di semua cabang. Bila melihat keadaan di
jalanan kota-kota besar yang sering kali macet ada baiknya jika 7-Eleven
membuat gerai di pinggir jalan yang mudah terlihat agar pengendara yang sehabis
pulang kerja dapat singgah sambil menunggu kemacetan pada jam-jam sibuk
terurai.
4. Promosi
Walaupun 7-Eleven tidak pernah beriklan di televisi, media elektronik,
maupun media cetak, Namun merek 7-Eleven bukanlah merek yang tak asing lagi.
Hal ini di karenakan manajemen berhasil memberikan sebuah pengalaman yang
berkesan bagi para pengunjungnya. Misalnya, bila berkunjung ke salah satu
outlet 7-Eleven tertentu Anda akan disuguhi keju cair secara cuma-cuma dengan
begitu maka akan terciptalah Word Of Mouth yang baik. Presiden Direktur PT
Modern Putra Indonesia, Henri Honoris mengatakan bahwa perusahaan hanya
memanfaatkan media sosial, seperti Facebook dan Twitter untuk promosi.
Selain memamfaatkan situs jejaring social, 7 Eleven juga harus
memanfaatkan jaringan media untuk mempromosikan bisnisnya kepada masyarakat. .
Terutama Televisi,karena sangat sulit untuk menjadi produk yang di kenal
nasional tanpa beriklan di Televisi.
Yang Mempengaruhi Strategi 7-Eleven
1.Ancaman pesaing
Strategi sebuah perusahaan dapat berjalan jika perusahaan memiliki
keunggulan atas pesain mereka intensitas persaingan akan cenderung bertambah
seiring dengan bertambahnya pesaing dalam bisnis
Sevel sampai saat ini terus-menerus membangun cabang dari toko di
berbagai tempat,hal ini bertujuan untuk menahan laju gempuran para pesaing yang
juga terus berkembang,sevel juga berani melakukan penempatan toko mereka di
tempat yang sempit atau jalan kecil hanya untuk meyakinkan dan menanamkan dalam
benak konsumen bahwa hanya toko merekalah satu-satunya yang dibutuhkan para
pelanggan
2.Ancaman pendatang baru
Para pendatang baru akan membawa kapasitas atau kemampuan yang lebih
dalam menjalankan usahanya untuk merebut pangsa pasar para pesaingnya,jika
hambatan untuk pendatang baru besar maka pendatang baru tersebut tidak akan
terlalu memberikan ancaman yang besar terhadap pesaingnya. Saat ini sevel
sendiri sudah memiliki pesaing pendatang baru yang ingin mengambil pangsa pasar
sevel,dimana para pendatang baru mulai menerapkan sistem kerja yang hampir sama
dengan sevel untuk merebut pelanggan mereka juga menyediakan fasilitas yang
lebih seperti tempat untuk bersantai para pelanggan,TV plasma untuk hiburan,dan
menyediakan musik di dalam ruangan agar pelanggan merasa nyaman ketika berada
di tempat tersebut.
3.Ancaman produk pengganti atau
jasa
Produk-produk substitusi yang perlu diperhatikan secara strategis
adalah produk-produk substitusi yang memiliki tren membaiknya kinerja harga
dibandingkan dengan produk industry tersebut, diproduksi oleh industru yang
memperoleh laba tinggi.Salah satu ancaman produk pegganti yang di hadapi oleh
sevel adalah froster(dari indomaret) atau minuman dingin yang serupa dengan
yang disediakan oleh sevel,yang mana produk pengganti(froster) tersebut telah
mengalami pengembangan dalam banyaknya pilihan rasa yang disediakan atau bahan
yang digunakan dibanding dengan produk keluaran sevel yang belum mengalami
pengembangan.
4. Daya tawar pemasok
Daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industry
khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok. Sevel sendiri memiliki banyak
pemasok dalam bisnisnya sehingga hal ini menguntungkan pihak sevel untuk tawar
menawar dengan para pemasok guna mendapatkan harga pasok yang dianggap sesuai
oleh pihak pemasok ataupun sevel,pihak sevel sendiri juga tidak akan takut jika
harus kehilangan satu pemasok,toh sevel juga masih memiliki pemasok yang
lainnya yang dapat memenuhi permintaan sevel.
5. Daya tawar pembeli
Daya tawar pembeli dapat merepresentasikan kekuatan besar yang
mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri. Daya tawar pembeli lebih
tinggi ketika produk yang dibeli adalah standar atau tidak
terdifferensiasi.sevel memiliki cara sendiri dalam menghadapi daya tawar
pembeli dengan memberikan pengalaman berbelanja yang baik untuk pelanggan
sehingga para pelanggan merasa bahwa harga yang di berikan oleh sevel sudah
harga sepantasnya karena pelayanan,dan juga sevel memberikan harga tetap pada
tiap produk yang dijual sehingga pembeli tidak dapat menawar harga suatu produk
karena harga tersebut sudah tidak bisa ditawar.
IkutiMuhamma
Graduated from Telkom University.
Human Resources and Marketing Connoisseur.
7 Eleven merupakan salah satu jaringan ritel convenience store kelas
dunia yang tersebar di 18 negara di dunia dengan jumlah outlet lebih dari
36.000 outlet. Di kawasan Asia dan Australia ritel ini sudah ada di 11 negara.
7-Eleven adalah jaringan toko kelontong (convenience store) 24 jam asal
Amerika Serikat yang sejak tahun 2005 kepemilikannya dipegang Seven & I
Holdings Co., sebuah perusahaan Jepang. Pada tahun 2004, lebih dari 26.000
gerai 7-Eleven tersebar di 18 negara;[1] antara pasar terbesarnya adalah
Amerika Serikat dan Jepang.
Didirikan pada tahun 1927 di Oak Cliff, Texas (kini masuk wilayah
Dallas), nama “7-Eleven” mulai digunakan pada tahun 1946. Sebelum toko 24 jam
pertama dibuka di Austin, Texas pada tahun 1962, 7-Eleven buka dari jam 7 pagi
hingga 11 malam, dan karenanya bernama “7-Eleven” (7-Sebelas).
Tahun 1991, Southland Corporation yang merupakan pemilik 7-Eleven,
sebagian besar sahamnya dijual kepada perusahaan jaringan supermarket Jepang,
Ito-Yokado. Southland Corporation lalu diubah namanya menjadi 7-Eleven, Inc
pada tahun 1999. Tahun 2005, seluruh saham 7-Eleven, Inc diambil alih Seven
& I Holdings Co. sehingga perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh pihak
Jepang.
Setiap gerai 7-Eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makanan,
minuman, dan majalah. Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti
pembayaran tagihan serta penjualan makanan khas daerah. Produk khas 7-Eleven
adalah Slurpee, sejenis minumas es dan Big Gulp, minuman soft drink berukuran
besar.
7 Eleven di Indonesia
Masuknya 7 Eleven ke Indonesia melalui jalur franchise oleh PT. Modern
Internasional Tbk (juga distributor tunggal produk Fuji Film Jepang di
Indonesia) melalui anak perusahaannya, PT Modern PutraIndonesia. Seperti
diberitakan di situs resminya pembukaan
gerai pertama kali yaitu pada tanggal 07 November 2009 di daerah Bulungan,
Jakarta Selatan. Pembukaan dilakukan oleh empat orang secara bersamaan, Bapak
Sungkono Honoris, Bapak Luntungan Honoris, dan Bapak Siwi Honoris mewakili PT
Modern PutraIndonesia, dan Bapak Bob Jenkins, mewakili Principal 7 Eleven.
Indonesia adalah termasuk negara ke-12 di kawasan Asia dan Australia
dengan keberadaan 7 eleven didalamnya. Bisa dipastikan dunia bisnis ritel di
Indonesia akan semakin bergairah dengan semua tantangan dan peluangnya. Hingga
saat ini sudah banyak muncul para pemain dalam bisnis ritel ini dari mulai
kelas mini market, supermarket hingga hypermarket. Tidak hanya ritel lokal
saja, ritel asing yang masuk melalui system kewaralabaan juga sudah mulai
bermunculan.
Analisis SWOT 7-Eleven
-. KEKUATAN ( STRENGTH ) :
1. tempat strategis
2. banyak produk yang ditawarkan
3. free wi-fi
4. pencahayaan yang terang
5. pelayanan yang ramah
-. KELEMAHAN ( WEAKNESS ) :
1. produk yang dijual cukup mahal
2. lahan parkir yang kecil
3. lingkungan yang kotor
4. sirkulasi udara yang kurang baik
5. akses jalan masuk yang cukup padat
-. PELUANG ( OPPURTUNITY ) :1. memiliki peralatan yang canggih untuk menarik
konsumen
2. banyak sekolah atau universitas yang berada diwilayah
usaha untuk meningkatkan pendapatan
-. ANCAMAN ( THREAT ) :
1. terdapat lokasi usaha yang sama
2. harga yang tinggi dari produk yang dapat menurunkan potensi
keuntungan
3. banyak usaha yang sama dalam industrinya
Analisis Strategi Seven Eleven
1. Produk
Selain menjual aneka produk konsumer good, 7-Eleven juga menjual
produk-produk andalannya. Produk yang ditawarkan adalah produk-produk yang
diminati masyarakat Jakarta, seperti Slurpee, Gulp, Big Produk yang ditawarkan
adalah produk-produk yang diminati masyarakat Jakarta, seperti Slurpee, Gulp,
Big siap saji segar. Menu-menu di atas adalah menu makanan cepat saji yang
diminati pelanggan dan Hal inilah yang membuat outlet tersebut menjadi berbeda
dengan para pesaingnya, Perbedaan yang yang dapat di deferensiasikan dengan
kuat adalah dimana konsumen yang berkunjung dapat dengan bebas meracik sendiri
komposisi makanan yang akan di belinya.
2. Harga
Harga produk di 7-Eleven dijual dengan harga terjangkau, fresh, segar,
dan tersedia setiap saat. Hal ini dinilai telah sesuai dengan pasar sasarannya
yang didominasi kaum muda yang belum mempunyai penghasilan tinggi, waralaba ini
mematok harga yang cukup terjangkau
3. Distribusi
Pemilihan tempat bagi gerai 7 Eleven adalah membuka gerai di daerah
pemukiman yang strategis dengan outlet yang standar opearasi dan kualitas
pelayanan yang relatif sama dan merata di semua cabang. Bila melihat keadaan di
jalanan kota-kota besar yang sering kali macet ada baiknya jika 7-Eleven membuat
gerai di pinggir jalan yang mudah terlihat agar pengendara yang sehabis pulang
kerja dapat singgah sambil menunggu kemacetan pada jam-jam sibuk terurai.
4. Promosi
Walaupun 7-Eleven tidak pernah beriklan di televisi, media elektronik,
maupun media cetak, Namun merek 7-Eleven bukanlah merek yang tak asing lagi.
Hal ini di karenakan manajemen berhasil memberikan sebuah pengalaman yang
berkesan bagi para pengunjungnya. Misalnya, bila berkunjung ke salah satu
outlet 7-Eleven tertentu Anda akan disuguhi keju cair secara cuma-cuma dengan
begitu maka akan terciptalah Word Of Mouth yang baik. Presiden Direktur PT
Modern Putra Indonesia, Henri Honoris mengatakan bahwa perusahaan hanya
memanfaatkan media sosial, seperti Facebook dan Twitter untuk promosi.
Selain memamfaatkan situs jejaring social, 7 Eleven juga harus
memanfaatkan jaringan media untuk mempromosikan bisnisnya kepada masyarakat. .
Terutama Televisi,karena sangat sulit untuk menjadi produk yang di kenal
nasional tanpa beriklan di Televisi.
Yang Mempengaruhi Strategi
7-Eleven
1.Ancaman pesaing
Strategi sebuah perusahaan dapat berjalan jika perusahaan memiliki
keunggulan atas pesain mereka intensitas persaingan akan cenderung bertambah
seiring dengan bertambahnya pesaing dalam bisnis
Sevel sampai saat ini terus-menerus membangun cabang dari toko di
berbagai tempat,hal ini bertujuan untuk menahan laju gempuran para pesaing yang
juga terus berkembang,sevel juga berani melakukan penempatan toko mereka di
tempat yang sempit atau jalan kecil hanya untuk meyakinkan dan menanamkan dalam
benak konsumen bahwa hanya toko merekalah satu-satunya yang dibutuhkan para
pelanggan
2.Ancaman pendatang baru
Para pendatang baru akan membawa kapasitas atau kemampuan yang lebih
dalam menjalankan usahanya untuk merebut pangsa pasar para pesaingnya,jika
hambatan untuk pendatang baru besar maka pendatang baru tersebut tidak akan
terlalu memberikan ancaman yang besar terhadap pesaingnya. Saat ini sevel
sendiri sudah memiliki pesaing pendatang baru yang ingin mengambil pangsa pasar
sevel,dimana para pendatang baru mulai menerapkan sistem kerja yang hampir sama
dengan sevel untuk merebut pelanggan mereka juga menyediakan fasilitas yang
lebih seperti tempat untuk bersantai para pelanggan,TV plasma untuk hiburan,dan
menyediakan musik di dalam ruangan agar pelanggan merasa nyaman ketika berada
di tempat tersebut.
3.Ancaman produk pengganti atau
jasa
Produk-produk substitusi yang perlu diperhatikan secara strategis
adalah produk-produk substitusi yang memiliki tren membaiknya kinerja harga
dibandingkan dengan produk industry tersebut, diproduksi oleh industru yang
memperoleh laba tinggi.Salah satu ancaman produk pegganti yang di hadapi oleh
sevel adalah froster(dari indomaret) atau minuman dingin yang serupa dengan
yang disediakan oleh sevel,yang mana produk pengganti(froster) tersebut telah
mengalami pengembangan dalam banyaknya pilihan rasa yang disediakan atau bahan
yang digunakan dibanding dengan produk keluaran sevel yang belum mengalami
pengembangan.
4. Daya tawar pemasok
Daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industry
khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok. Sevel sendiri memiliki banyak
pemasok dalam bisnisnya sehingga hal ini menguntungkan pihak sevel untuk tawar
menawar dengan para pemasok guna mendapatkan harga pasok yang dianggap sesuai
oleh pihak pemasok ataupun sevel,pihak sevel sendiri juga tidak akan takut jika
harus kehilangan satu pemasok,toh sevel juga masih memiliki pemasok yang
lainnya yang dapat memenuhi permintaan sevel.
5. Daya tawar pembeli
Daya tawar pembeli dapat merepresentasikan kekuatan besar yang
mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri. Daya tawar pembeli lebih
tinggi ketika produk yang dibeli adalah standar atau tidak
terdifferensiasi.sevel memiliki cara sendiri dalam menghadapi daya tawar
pembeli dengan memberikan pengalaman berbelanja yang baik untuk pelanggan
sehingga para pelanggan merasa bahwa harga yang di berikan oleh sevel sudah
harga sepantasnya karena pelayanan,dan juga sevel memberikan harga tetap pada
tiap produk yang dijual sehingga pembeli tidak dapat menawar harga suatu produk
karena harga tersebut sudah tidak bisa ditawar.
IkutiMuhamma
Graduated from Telkom University.
Human Resources and Marketing Connoisseur.
7 Eleven merupakan salah satu jaringan ritel convenience store kelas
dunia yang tersebar di 18 negara di dunia dengan jumlah outlet lebih dari
36.000 outlet. Di kawasan Asia dan Australia ritel ini sudah ada di 11 negara.
7-Eleven adalah jaringan toko kelontong (convenience store) 24 jam asal
Amerika Serikat yang sejak tahun 2005 kepemilikannya dipegang Seven & I
Holdings Co., sebuah perusahaan Jepang. Pada tahun 2004, lebih dari 26.000
gerai 7-Eleven tersebar di 18 negara;[1] antara pasar terbesarnya adalah
Amerika Serikat dan Jepang.
Didirikan pada tahun 1927 di Oak Cliff, Texas (kini masuk wilayah
Dallas), nama “7-Eleven” mulai digunakan pada tahun 1946. Sebelum toko 24 jam
pertama dibuka di Austin, Texas pada tahun 1962, 7-Eleven buka dari jam 7 pagi
hingga 11 malam, dan karenanya bernama “7-Eleven” (7-Sebelas).
Tahun 1991, Southland Corporation yang merupakan pemilik 7-Eleven,
sebagian besar sahamnya dijual kepada perusahaan jaringan supermarket Jepang,
Ito-Yokado. Southland Corporation lalu diubah namanya menjadi 7-Eleven, Inc
pada tahun 1999. Tahun 2005, seluruh saham 7-Eleven, Inc diambil alih Seven
& I Holdings Co. sehingga perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh pihak
Jepang.
Setiap gerai 7-Eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makanan,
minuman, dan majalah. Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti
pembayaran tagihan serta penjualan makanan khas daerah. Produk khas 7-Eleven
adalah Slurpee, sejenis minumas es dan Big Gulp, minuman soft drink berukuran
besar.
7 Eleven di Indonesia
Masuknya 7 Eleven ke Indonesia melalui jalur franchise oleh PT. Modern
Internasional Tbk (juga distributor tunggal produk Fuji Film Jepang di
Indonesia) melalui anak perusahaannya, PT Modern PutraIndonesia. Seperti
diberitakan di situs resminya pembukaan
gerai pertama kali yaitu pada tanggal 07 November 2009 di daerah Bulungan,
Jakarta Selatan. Pembukaan dilakukan oleh empat orang secara bersamaan, Bapak
Sungkono Honoris, Bapak Luntungan Honoris, dan Bapak Siwi Honoris mewakili PT
Modern PutraIndonesia, dan Bapak Bob Jenkins, mewakili Principal 7 Eleven.
Indonesia adalah termasuk negara ke-12 di kawasan Asia dan Australia
dengan keberadaan 7 eleven didalamnya. Bisa dipastikan dunia bisnis ritel di
Indonesia akan semakin bergairah dengan semua tantangan dan peluangnya. Hingga
saat ini sudah banyak muncul para pemain dalam bisnis ritel ini dari mulai
kelas mini market, supermarket hingga hypermarket. Tidak hanya ritel lokal
saja, ritel asing yang masuk melalui system kewaralabaan juga sudah mulai
bermunculan.
Analisis SWOT 7-Eleven
-. KEKUATAN ( STRENGTH ) :
1. tempat strategis
2. banyak produk yang ditawarkan
3. free wi-fi
4. pencahayaan yang terang
5. pelayanan yang ramah
-. KELEMAHAN ( WEAKNESS ) :
1. produk yang dijual cukup mahal
2. lahan parkir yang kecil
3. lingkungan yang kotor
4. sirkulasi udara yang kurang baik
5. akses jalan masuk yang cukup padat
-. PELUANG ( OPPURTUNITY ) :1. memiliki peralatan yang canggih untuk menarik
konsumen
2. banyak sekolah atau universitas yang berada diwilayah
usaha untuk meningkatkan pendapatan
-. ANCAMAN ( THREAT ) :
1. terdapat lokasi usaha yang sama
2. harga yang tinggi dari produk yang dapat menurunkan potensi
keuntungan
3. banyak usaha yang sama dalam industrinya
Analisis Strategi Seven Eleven
1. Produk
Selain menjual aneka produk konsumer good, 7-Eleven juga menjual
produk-produk andalannya. Produk yang ditawarkan adalah produk-produk yang
diminati masyarakat Jakarta, seperti Slurpee, Gulp, Big Produk yang ditawarkan
adalah produk-produk yang diminati masyarakat Jakarta, seperti Slurpee, Gulp,
Big siap saji segar. Menu-menu di atas adalah menu makanan cepat saji yang
diminati pelanggan dan Hal inilah yang membuat outlet tersebut menjadi berbeda
dengan para pesaingnya, Perbedaan yang yang dapat di deferensiasikan dengan
kuat adalah dimana konsumen yang berkunjung dapat dengan bebas meracik sendiri
komposisi makanan yang akan di belinya.
2. Harga
Harga produk di 7-Eleven dijual dengan harga terjangkau, fresh, segar,
dan tersedia setiap saat. Hal ini dinilai telah sesuai dengan pasar sasarannya
yang didominasi kaum muda yang belum mempunyai penghasilan tinggi, waralaba ini
mematok harga yang cukup terjangkau
3. Distribusi
Pemilihan tempat bagi gerai 7 Eleven adalah membuka gerai di daerah
pemukiman yang strategis dengan outlet yang standar opearasi dan kualitas
pelayanan yang relatif sama dan merata di semua cabang. Bila melihat keadaan di
jalanan kota-kota besar yang sering kali macet ada baiknya jika 7-Eleven
membuat gerai di pinggir jalan yang mudah terlihat agar pengendara yang sehabis
pulang kerja dapat singgah sambil menunggu kemacetan pada jam-jam sibuk
terurai.
4. Promosi
Walaupun 7-Eleven tidak pernah beriklan di televisi, media elektronik,
maupun media cetak, Namun merek 7-Eleven bukanlah merek yang tak asing lagi.
Hal ini di karenakan manajemen berhasil memberikan sebuah pengalaman yang
berkesan bagi para pengunjungnya. Misalnya, bila berkunjung ke salah satu
outlet 7-Eleven tertentu Anda akan disuguhi keju cair secara cuma-cuma dengan
begitu maka akan terciptalah Word Of Mouth yang baik. Presiden Direktur PT
Modern Putra Indonesia, Henri Honoris mengatakan bahwa perusahaan hanya
memanfaatkan media sosial, seperti Facebook dan Twitter untuk promosi.
Selain memamfaatkan situs jejaring social, 7 Eleven juga harus
memanfaatkan jaringan media untuk mempromosikan bisnisnya kepada masyarakat. .
Terutama Televisi,karena sangat sulit untuk menjadi produk yang di kenal
nasional tanpa beriklan di Televisi.
Yang Mempengaruhi Strategi
7-Eleven
1.Ancaman pesaing
Strategi sebuah perusahaan dapat berjalan jika perusahaan memiliki
keunggulan atas pesain mereka intensitas persaingan akan cenderung bertambah
seiring dengan bertambahnya pesaing dalam bisnis
Sevel sampai saat ini terus-menerus membangun cabang dari toko di
berbagai tempat,hal ini bertujuan untuk menahan laju gempuran para pesaing yang
juga terus berkembang,sevel juga berani melakukan penempatan toko mereka di
tempat yang sempit atau jalan kecil hanya untuk meyakinkan dan menanamkan dalam
benak konsumen bahwa hanya toko merekalah satu-satunya yang dibutuhkan para
pelanggan
2.Ancaman pendatang baru
Para pendatang baru akan membawa kapasitas atau kemampuan yang lebih
dalam menjalankan usahanya untuk merebut pangsa pasar para pesaingnya,jika
hambatan untuk pendatang baru besar maka pendatang baru tersebut tidak akan
terlalu memberikan ancaman yang besar terhadap pesaingnya. Saat ini sevel
sendiri sudah memiliki pesaing pendatang baru yang ingin mengambil pangsa pasar
sevel,dimana para pendatang baru mulai menerapkan sistem kerja yang hampir sama
dengan sevel untuk merebut pelanggan mereka juga menyediakan fasilitas yang
lebih seperti tempat untuk bersantai para pelanggan,TV plasma untuk hiburan,dan
menyediakan musik di dalam ruangan agar pelanggan merasa nyaman ketika berada
di tempat tersebut.
3.Ancaman produk pengganti atau
jasa
Produk-produk substitusi yang perlu diperhatikan secara strategis
adalah produk-produk substitusi yang memiliki tren membaiknya kinerja harga
dibandingkan dengan produk industry tersebut, diproduksi oleh industru yang
memperoleh laba tinggi.Salah satu ancaman produk pegganti yang di hadapi oleh
sevel adalah froster(dari indomaret) atau minuman dingin yang serupa dengan
yang disediakan oleh sevel,yang mana produk pengganti(froster) tersebut telah
mengalami pengembangan dalam banyaknya pilihan rasa yang disediakan atau bahan
yang digunakan dibanding dengan produk keluaran sevel yang belum mengalami
pengembangan.
4. Daya tawar pemasok
Daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industry
khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok. Sevel sendiri memiliki banyak
pemasok dalam bisnisnya sehingga hal ini menguntungkan pihak sevel untuk tawar
menawar dengan para pemasok guna mendapatkan harga pasok yang dianggap sesuai
oleh pihak pemasok ataupun sevel,pihak sevel sendiri juga tidak akan takut jika
harus kehilangan satu pemasok,toh sevel juga masih memiliki pemasok yang
lainnya yang dapat memenuhi permintaan sevel.
5. Daya tawar pembeli
Daya tawar pembeli dapat merepresentasikan kekuatan besar yang
mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri. Daya tawar pembeli lebih
tinggi ketika produk yang dibeli adalah standar atau tidak
terdifferensiasi.sevel memiliki cara sendiri dalam menghadapi daya tawar
pembeli dengan memberikan pengalaman berbelanja yang baik untuk pelanggan
sehingga para pelanggan merasa bahwa harga yang di berikan oleh sevel sudah
harga sepantasnya karena pelayanan,dan juga sevel memberikan harga tetap pada tiap
produk yang dijual sehingga pembeli tidak dapat menawar harga suatu produk
karena harga tersebut sudah tidak bisa ditawar.
IkutiMuhamma
Graduated from Telkom University.
Human Resources and Marketing Connoisseur.
7 Eleven merupakan salah satu jaringan ritel convenience store kelas
dunia yang tersebar di 18 negara di dunia dengan jumlah outlet lebih dari
36.000 outlet. Di kawasan Asia dan Australia ritel ini sudah ada di 11 negara.
7-Eleven adalah jaringan toko kelontong (convenience store) 24 jam asal
Amerika Serikat yang sejak tahun 2005 kepemilikannya dipegang Seven & I
Holdings Co., sebuah perusahaan Jepang. Pada tahun 2004, lebih dari 26.000
gerai 7-Eleven tersebar di 18 negara;[1] antara pasar terbesarnya adalah
Amerika Serikat dan Jepang.
Didirikan pada tahun 1927 di Oak Cliff, Texas (kini masuk wilayah
Dallas), nama “7-Eleven” mulai digunakan pada tahun 1946. Sebelum toko 24 jam
pertama dibuka di Austin, Texas pada tahun 1962, 7-Eleven buka dari jam 7 pagi
hingga 11 malam, dan karenanya bernama “7-Eleven” (7-Sebelas).
Tahun 1991, Southland Corporation yang merupakan pemilik 7-Eleven,
sebagian besar sahamnya dijual kepada perusahaan jaringan supermarket Jepang,
Ito-Yokado. Southland Corporation lalu diubah namanya menjadi 7-Eleven, Inc
pada tahun 1999. Tahun 2005, seluruh saham 7-Eleven, Inc diambil alih Seven
& I Holdings Co. sehingga perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh pihak
Jepang.
Setiap gerai 7-Eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makanan,
minuman, dan majalah. Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti
pembayaran tagihan serta penjualan makanan khas daerah. Produk khas 7-Eleven
adalah Slurpee, sejenis minumas es dan Big Gulp, minuman soft drink berukuran
besar.
7 Eleven di Indonesia
Masuknya 7 Eleven ke Indonesia melalui jalur franchise oleh PT. Modern
Internasional Tbk (juga distributor tunggal produk Fuji Film Jepang di
Indonesia) melalui anak perusahaannya, PT Modern PutraIndonesia. Seperti
diberitakan di situs resminya pembukaan
gerai pertama kali yaitu pada tanggal 07 November 2009 di daerah Bulungan,
Jakarta Selatan. Pembukaan dilakukan oleh empat orang secara bersamaan, Bapak
Sungkono Honoris, Bapak Luntungan Honoris, dan Bapak Siwi Honoris mewakili PT
Modern PutraIndonesia, dan Bapak Bob Jenkins, mewakili Principal 7 Eleven.
Indonesia adalah termasuk negara ke-12 di kawasan Asia dan Australia
dengan keberadaan 7 eleven didalamnya. Bisa dipastikan dunia bisnis ritel di
Indonesia akan semakin bergairah dengan semua tantangan dan peluangnya. Hingga
saat ini sudah banyak muncul para pemain dalam bisnis ritel ini dari mulai
kelas mini market, supermarket hingga hypermarket. Tidak hanya ritel lokal
saja, ritel asing yang masuk melalui system kewaralabaan juga sudah mulai
bermunculan.
Analisis SWOT 7-Eleven
-. KEKUATAN ( STRENGTH ) :
1. tempat strategis
2. banyak produk yang ditawarkan
3. free wi-fi
4. pencahayaan yang terang
5. pelayanan yang ramah
-. KELEMAHAN ( WEAKNESS ) :
1. produk yang dijual cukup mahal
2. lahan parkir yang kecil
3. lingkungan yang kotor
4. sirkulasi udara yang kurang baik
5. akses jalan masuk yang cukup padat
-. PELUANG ( OPPURTUNITY ) :1. memiliki peralatan yang canggih untuk menarik
konsumen
2. banyak sekolah atau universitas yang berada diwilayah
usaha untuk meningkatkan pendapatan
-. ANCAMAN ( THREAT ) :
1. terdapat lokasi usaha yang sama
2. harga yang tinggi dari produk yang dapat menurunkan potensi
keuntungan
3. banyak usaha yang sama dalam industrinya
Analisis Strategi Seven Eleven
1. Produk
Selain menjual aneka produk konsumer good, 7-Eleven juga menjual
produk-produk andalannya. Produk yang ditawarkan adalah produk-produk yang
diminati masyarakat Jakarta, seperti Slurpee, Gulp, Big Produk yang ditawarkan
adalah produk-produk yang diminati masyarakat Jakarta, seperti Slurpee, Gulp,
Big siap saji segar. Menu-menu di atas adalah menu makanan cepat saji yang
diminati pelanggan dan Hal inilah yang membuat outlet tersebut menjadi berbeda
dengan para pesaingnya, Perbedaan yang yang dapat di deferensiasikan dengan
kuat adalah dimana konsumen yang berkunjung dapat dengan bebas meracik sendiri
komposisi makanan yang akan di belinya.
2. Harga
Harga produk di 7-Eleven dijual dengan harga terjangkau, fresh, segar,
dan tersedia setiap saat. Hal ini dinilai telah sesuai dengan pasar sasarannya
yang didominasi kaum muda yang belum mempunyai penghasilan tinggi, waralaba ini
mematok harga yang cukup terjangkau
3. Distribusi
Pemilihan tempat bagi gerai 7 Eleven adalah membuka gerai di daerah
pemukiman yang strategis dengan outlet yang standar opearasi dan kualitas
pelayanan yang relatif sama dan merata di semua cabang. Bila melihat keadaan di
jalanan kota-kota besar yang sering kali macet ada baiknya jika 7-Eleven
membuat gerai di pinggir jalan yang mudah terlihat agar pengendara yang sehabis
pulang kerja dapat singgah sambil menunggu kemacetan pada jam-jam sibuk
terurai.
4. Promosi
Walaupun 7-Eleven tidak pernah beriklan di televisi, media elektronik,
maupun media cetak, Namun merek 7-Eleven bukanlah merek yang tak asing lagi.
Hal ini di karenakan manajemen berhasil memberikan sebuah pengalaman yang
berkesan bagi para pengunjungnya. Misalnya, bila berkunjung ke salah satu
outlet 7-Eleven tertentu Anda akan disuguhi keju cair secara cuma-cuma dengan
begitu maka akan terciptalah Word Of Mouth yang baik. Presiden Direktur PT
Modern Putra Indonesia, Henri Honoris mengatakan bahwa perusahaan hanya
memanfaatkan media sosial, seperti Facebook dan Twitter untuk promosi.
Selain memamfaatkan situs jejaring social, 7 Eleven juga harus
memanfaatkan jaringan media untuk mempromosikan bisnisnya kepada masyarakat. .
Terutama Televisi,karena sangat sulit untuk menjadi produk yang di kenal
nasional tanpa beriklan di Televisi.
Yang Mempengaruhi Strategi
7-Eleven
1.Ancaman pesaing
Strategi sebuah perusahaan dapat berjalan jika perusahaan memiliki
keunggulan atas pesain mereka intensitas persaingan akan cenderung bertambah
seiring dengan bertambahnya pesaing dalam bisnis
Sevel sampai saat ini terus-menerus membangun cabang dari toko di
berbagai tempat,hal ini bertujuan untuk menahan laju gempuran para pesaing yang
juga terus berkembang,sevel juga berani melakukan penempatan toko mereka di
tempat yang sempit atau jalan kecil hanya untuk meyakinkan dan menanamkan dalam
benak konsumen bahwa hanya toko merekalah satu-satunya yang dibutuhkan para
pelanggan
2.Ancaman pendatang baru
Para pendatang baru akan membawa kapasitas atau kemampuan yang lebih
dalam menjalankan usahanya untuk merebut pangsa pasar para pesaingnya,jika
hambatan untuk pendatang baru besar maka pendatang baru tersebut tidak akan
terlalu memberikan ancaman yang besar terhadap pesaingnya. Saat ini sevel
sendiri sudah memiliki pesaing pendatang baru yang ingin mengambil pangsa pasar
sevel,dimana para pendatang baru mulai menerapkan sistem kerja yang hampir sama
dengan sevel untuk merebut pelanggan mereka juga menyediakan fasilitas yang
lebih seperti tempat untuk bersantai para pelanggan,TV plasma untuk hiburan,dan
menyediakan musik di dalam ruangan agar pelanggan merasa nyaman ketika berada
di tempat tersebut.
3.Ancaman produk pengganti atau
jasa
Produk-produk substitusi yang perlu diperhatikan secara strategis
adalah produk-produk substitusi yang memiliki tren membaiknya kinerja harga
dibandingkan dengan produk industry tersebut, diproduksi oleh industru yang
memperoleh laba tinggi.Salah satu ancaman produk pegganti yang di hadapi oleh
sevel adalah froster(dari indomaret) atau minuman dingin yang serupa dengan
yang disediakan oleh sevel,yang mana produk pengganti(froster) tersebut telah
mengalami pengembangan dalam banyaknya pilihan rasa yang disediakan atau bahan
yang digunakan dibanding dengan produk keluaran sevel yang belum mengalami
pengembangan.
4. Daya tawar pemasok
Daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industry
khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok. Sevel sendiri memiliki banyak
pemasok dalam bisnisnya sehingga hal ini menguntungkan pihak sevel untuk tawar
menawar dengan para pemasok guna mendapatkan harga pasok yang dianggap sesuai
oleh pihak pemasok ataupun sevel,pihak sevel sendiri juga tidak akan takut jika
harus kehilangan satu pemasok,toh sevel juga masih memiliki pemasok yang
lainnya yang dapat memenuhi permintaan sevel.
5. Daya tawar pembeli
Daya tawar pembeli dapat merepresentasikan kekuatan besar yang
mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri. Daya tawar pembeli lebih
tinggi ketika produk yang dibeli adalah standar atau tidak
terdifferensiasi.sevel memiliki cara sendiri dalam menghadapi daya tawar
pembeli dengan memberikan pengalaman berbelanja yang baik untuk pelanggan
sehingga para pelanggan merasa bahwa harga yang di berikan oleh sevel sudah
harga sepantasnya karena pelayanan,dan juga sevel memberikan harga tetap pada
tiap produk yang dijual sehingga pembeli tidak dapat menawar harga suatu produk
karena harga tersebut sudah tidak bisa ditawar.
Analisis Fitch Rating di
Balik Tumbangnya Bisnis 7-Eleven
Tumbangnya
gerai 7-Eleven alias Sevel di Indonesia tidak menjadi
bukti adanya permasalahan dalam bidang industri. Hal ini lebih mencerminkan
kondisi tertentu yang dialami bisnis waralaba tersebut.
Fitch Ratings meyakini tutupnya semua gerai
Sevel yang dikelola PT Modern Internasional Tbk (Modern Internasional)
menggarisbawahi risiko regulasi yang berkembang serta pentingnya model bisnis
yang solid untuk profil kredit peretail.
“Masalah ini diperburuk dengan kurangnya diferensiasi yang
jelas antara toko kelontong (convenience store)
7-Eleven serta restoran makanan cepat saji dan berskala menengah di Indonesia,”
ujar lembaga pemeringkat internasional itu, seperti dikutip dari www.fitchratings.com,
Senin, 3 Juli 2017.
Model bisnis dan risiko 7-Eleven dinilai serupa dengan restoran karena
toko retail modern tersebut menawarkan makanan dan minuman siap saji dengan
tempat duduk dan koneksi Wi-Fi gratis.
Akibatnya, Sevel dihadapkan dengan kuatnya
persaingan dengan restoran cepat saji dan penyedia makanan tradisional, yang
masih sangat populer di kalangan konsumen Indonesia.
Profil risiko bisnis ini secara signifikan berbeda dari
minimarket dan convenience store lain,
seperti Alfamart dan Indomaret, yang memberi penekanan lebih besar pada belanja
bahan makanan serta memiliki jaringan yang lebih besar di seantero Nusantara.
Sebelumnya, Modern Internasional menyatakan
akan menutup semua gerai 7-Eleven di bawah pengelolaannya per 30 Juni 2017
akibat kurangnya sumber daya untuk mendanai pengoperasian toko. Pengumuman
tersebut dibuat beberapa pekan setelah kesepakatan untuk menjual anak
perusahaan yang mengoperasikan rantai 7-Eleven ke PT Charoen Pokphand Indonesia
Tbk gagal terlaksana.
Model bisnis Modern Internasional untuk rantai 7-Eleven di Indonesia pun terhambat oleh
perkembangan peraturan yang kurang kondusif. Perusahaan retail tersebut menutup
sekitar 25 gerai Sevel pada 2016 sehingga tersisa 161 dari sekitar 185 gerai
pada 2015.
Langkah itu diambil setelah diterbitkannya
Peraturan Menteri Industri pada April 2015 yang melarang penjualan minuman
beralkohol dalam format retail modern.
Padahal penjualan sektor tersebut sebelumnya
berkontribusi sekitar 15 persen dari penjualan Modern Internasional. Penutupan
sejumlah gerai pada akhirnya menyebabkan penurunan penjualan 28 persen dan
kerugian EBITDA pada 2016.
Eleven di bawah
manajemen PT Modern International Tbk (MDRN) akan menutup seluruh gerainya pada
30 Juni 2017. Penutupan gerai ini dilakukan setelah 7-Eleven sempat mendapat
guncangan karena tingginya beban biaya operasional yang harus ditanggung.
Menurut Menteri Perindustrian
(Menperin) Airlangga Hartarto, terdapat beberapa hal yang diperkirakan menjadi
sebab dari kebangkrutan 7-Eleven. Salah satunya karena rencana bisnis yang
dianggap terlalu progresif.
"Pertama tentu namanya
7-Eleven kan perusahaan swasta. Perusahaan swasta itu kan penyebabnya berbagai
macam. Apakah itu business planning, apakah itu manajemen, apakah itu pemegang
saham. Jadi itu beberapa hal berkaitan perusahaan swasta," kata Airlangga
saat ditemui pada sela-sela open house di rumah dinas Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Jalan Widya Chandra IV Nomor 17, Jakarta
Selatan, Senin (26/6/2017).
Adapun penyebab kedua adalah
masalah pengelolaan dan persoalan banyaknya pemegang saham. Artinya, 7-Eleven
sulit untuk berkembang karena beberapa persoalan internal.
"Masalah pemegang saham,
karena kan untuk mendapatkan market share tidak semuanya, kalau perusahaan
swasta itu tidak semuanya mencerminkan keuntungan. Nah, oleh karena itu tinggal
seberapa kuat pemegang saham untuk meng-invest dananya. Nah pada saat pemegang
sahamnya bermacam ragam, itu kan mempunyai time frame yang berbeda untuk return
of investment. Jadi sih menurut saya ini murni kasus swasta saja,"
jelasnya.
Airlangga menegaskan bahwa
melemahnya kondisi pasar di Indonesia tidak menjadi sebab kebangkrutan gerai
retail modern ini. Hanya saja, pemerintah terus memantau kondisi pasar retail
di Indonesia secara keseluruhan.
"Namanya pasar selalu ada
koreksi pasar. Mungkin ini waktunya time to koreksi pasar untuk kembali.
Kadang-kadang pasar itu kan bisa bubble. Saat bubble-nya turun kan. Pemerintah
juga melihat itu, melihat pengembangannya," jelasnya.
Seperti diketahui, 7-Eleven
memang telah beberapa kali mengalami hambatan dan kendala dalam pengembangan
bisnisnya. Hanya saja, selama ini 7-Eleven terus berupaya untuk bertahan dengan
beberapa produk dan konsep dan dipertahankan.
"7-Eleven kan sudah beberapa
kali attempt to Indonesian market, beberapa kali coba masuk, yang pertama kan
juga mengalami hambatan. Nah ini yang kedua kalinya, dan kedua kalinya sangat
agresif. Nah tentu keagresifannya itu nanti baliknya ke provit and loss-nya
bagaimana kan urusan perusahaan swasta," jelasnya.
Seperti diketahui,
penutupan gerai 7-Eleven ini disebabkan oleh dihentikannya kegiatan operasional
PT Modern Sevel Indonesia, yang merupakan manajemen dari gerai Sevel yang ada
di Tanah Air. Sebelumnya, Direktur MDRN Chandra Wijaya menyatakan, perseroan
berencana melakukan transaksi material perseroan atas penjualan dan transfer
segmen bisnis restoran dan convenience di Indonesia dengan merek waralaba
7-Eleven beserta aset yang menyertainya kepada PT Charoen Pokpand Restu Indonesia.
Namun, transaksi tersebut batal karena tidak tercapainya kesepakatan atas
pihak-pihak yang berkepentingan. (tro)
GAP ANALYSIS (ANALISA KESENJANGAN)
Dalam bisnis analisa gap
digunakan untuk menentukan langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk
berpindah dari kondisi saat ini ke kondisi yang diinginkan atau keadaan masa
depan yang diinginkan. Banyak orang menyebutnya menjadi analisa kebutuhan
dan gap, penilaian kebutuhan atau analisis
kebutuhan saja. Analisa gap dapat juga diartikan sebagai perbandingan kinerja
aktual dengan kinerja potensial atau yang diharapkan. Sebagai metoda, analisa
gap digunakan sebagai alat evaluasi bisnis yang menitikberatkan pada
kesenjangan kinerja perusahaan saat ini dengan kinerja yang sudah ditargetkan
sebelumnya. Analisis ini juga mengidentifikasi tindakan-tindakan apa saja yang
diperlukan untuk mengurangi kesenjangan atau mencapai kinerja yang diharapkan
pada masa datang. Lebih dari itu analisis ini juga memperkirakan waktu, biaya,
dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan perusahaan yang
diharapkan.
Analisa gap terdiri dari
tiga komponen faktor utama yaitu: 1). daftar karakteristik (seperti atribut,
kompetensi, tingkat kinerja) dari situasi sekarang (apa yang saat ini), 2).
daftar apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan masa depan (apa yang harus),
dan 3). daftar kesenjangan apa yang ada dan perlu diisi. Analisis kesenjangan
akan memicu organisasi atau perusahaan untuk merenung status dan kemampuan apa
yang saat ini dimiliki oleh organisasi dan bertanya ingin berada dimana di masa
depan. Jadi dengan lain kata analisa gap adalah studi yang dibuat untuk
mengidentifikasi apakah sistem saat ini telah memenuhi kebutuhan. Analisa gap
mengidentifikasikan gap (kesenjangan) antara bagaimana operasi bisnis diperlukan
untuk melawan apa yang dinginkan tetapi belum atau tidak bisa penuhi. Dengan
sendirinya alternatif-alternatif akan dikembangkan pada saat gap fungsi
ditemukan. Gap diubah sesuai dengan proses bisnis,
laporan yang diinginkan atau penyesuaian perangkat yang digunakan. Sasaran awal
dari analisa gap adalah: mengumpulkan requirement dari perusahaan, menentukan penyesuaian (customization) yang diperlukan, memastikan sistem yang
baru memenuhi kebutuhan proses bisnis perusahaan, memastikan bahwa proses bisnis
akan menjadi best practice, dan mengidentifikasikan permasalahan
yang membutuhkan perubahan kebijakan perusahaan.
Bagaimana dengan
langkah-langkahnya, dari beberapa ahli dapat disimpulkan sebagai berikut:
1). Ranking
Requirements, yaitu
memastikan proses bisnis dapat diakomodasikan selama implementasi sistem yang
baru dan memastikan area-area yang penting bagi organisasi yang memberikan
nilai tambah bagi perusahaan dalam meningkatkan proses bisnis; 2). Degree of Fityaitu menentukan sejauh mana kebutuhan
dapat diakomodir oleh sistem yang baru; 3) Gap Resolution yaitu menentukan alternative dan
merekomendasikan solusi untuk mengatasi gap yang
ada. Suatu analisis kesenjangan, yang membandingkan kinerja bisnis yang
sebenarnya dengan kinerja yang ideal, yang sering digunakan dalam hubungannya
dengan analisis kebutuhan yang memaksimalkan “potensi pertumbuhan bisnis”
adalah suatu contoh penggunaan analsis gap.
Apakah analisa gap
berkaitan dengan pengembangan teknologi informasi?. Eko Indrajit menuliskannya
dalam paper berjudul “Teknik Analisa Gap Pengembangan Teknologi Informasi”
dengan referensi utama bukunya Michael J. Earl dengan judul Management Strategies for
Information Technology (1989).
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar mengenai banyaknya gerai ritel yang
mengalami penutupan terus berlanjut. Setelah kabar Matahari yang akan menutup
dua gerainya pada bulan depan, kini giliran GAP Indonesia yang dikabarkan akan
menutup seluruh gerainya di Indonesia.
Penelusuran KONTAN ke gerai GAP Pondok Indah Mall menemukan memang traffic pengunjung tidak terlalu ramai. Padahal di depan gerai tertulis closing down sale dengan diskon 70%, namun memang harga yang ditawarkan masih tergolong tinggi.
"Ditutup karena memang sewanya habis. Ini yang di Indonesia sudah dilepas dari globalnya. Tapi saya tidak tahu persis," ujar pegawai GAP Pondok Indah kepada KONTAN, Minggu (26/11).
Asal tahu saja seluruh gerai GAP berada dibawah naungan PT Gilang Agung Persada. Tidak hanya menjajakan ritel fashion, PT Gilang Agung Persada juga mengelola gerai Guess, Lasenza, VNC, Superdry, Banana Republic, Celine, Givenchy, Casio, Citizen, Nautica, Swarovski dan lainnya.
Sayangnya manajemen PT Gilang Agung Persada belum ada yang mau berkomentar mengenai hal ini. Namun berdasarkan keterangan yang KONTAN terima dari pegawai yang bekerja memang masa sewa gerai sudah selesai dan tidak dilanjutkan.
"Kalau yang di Grand Indonesia dan Lippo Puri Mall itu masih operasi lebih lama. Tetapi memang sama sedang closing down sale semuanya," lanjutnya.
Penelusuran KONTAN ke gerai GAP Pondok Indah Mall menemukan memang traffic pengunjung tidak terlalu ramai. Padahal di depan gerai tertulis closing down sale dengan diskon 70%, namun memang harga yang ditawarkan masih tergolong tinggi.
"Ditutup karena memang sewanya habis. Ini yang di Indonesia sudah dilepas dari globalnya. Tapi saya tidak tahu persis," ujar pegawai GAP Pondok Indah kepada KONTAN, Minggu (26/11).
Asal tahu saja seluruh gerai GAP berada dibawah naungan PT Gilang Agung Persada. Tidak hanya menjajakan ritel fashion, PT Gilang Agung Persada juga mengelola gerai Guess, Lasenza, VNC, Superdry, Banana Republic, Celine, Givenchy, Casio, Citizen, Nautica, Swarovski dan lainnya.
Sayangnya manajemen PT Gilang Agung Persada belum ada yang mau berkomentar mengenai hal ini. Namun berdasarkan keterangan yang KONTAN terima dari pegawai yang bekerja memang masa sewa gerai sudah selesai dan tidak dilanjutkan.
"Kalau yang di Grand Indonesia dan Lippo Puri Mall itu masih operasi lebih lama. Tetapi memang sama sedang closing down sale semuanya," lanjutnya.
BACA JUGA
Papan besar bertuliskan closing down sale up to 70% yang
diletakkan depan pintu masuk gerai GAP di Grand Indonesia berhasil menarik
perhatian pengunjung. Gerai itu merupakan salah satu gerai GAP di Jakarta yang
bakal ditutup, selain empat gerai lainnya.
“Mau tutup, tapi masih lebih lama daripada yang lain,” kata seorang pegawai
yang enggan disebut namanya, Rabu (29/11).
Daftar newsletter Katadata sekarang!
Dapatkan berita terbaru pilihan kami melalui email Anda setiap hari (Senin
- Jumat).
Saya setuju
untuk menerima promosi dari produk & layanan Katadata.
Ia mengungkapkan, gerai GAP di Pondok Indah Mall bakal ditutup pada 1
Desember. Setelah itu, gerai lain di Lippo Mall Puri juga akan menyusul, baru
kemudian gerai di Grand Indonesia akan tutup pada akhir Februari 2018. “Sewanya
sudah habis,” kata pegawai tersebut.
Menjelang penutupannya, brand pakaian asal Amerika Serikat
tersebut memang menawarkan diskon besar untuk cuci gudang. Beberapa pakaian
perempuan yang biasanya di atas Rp 300 ribu diobral dengan harga Rp 70 ribu.
Sedangkan pakaian pria yang harganya hingga Rp 800 ribu mendapatkan potongan
sampai 70%.
Sekitar pukul 12.00, waktu untuk makan siang, jumlah pengunjung gerai GAP
di Grand Indonesia tampak ramai, meski tak ada antrean. Sementara, hanya ada 1
pegawai yang melayani para pembeli. Selain itu, hanya ada 1 petugas kasir yang
melayani transaksi.
Berdasarkan situs resmi Gapindonesia, ada lima gerai GAP di Indonesia. Tiga
gerai diantaranya berlokasi di Jakarta, yakni Pondok Indah Mall, Lippo Mall
Puri, Grand Indonesia. Sisanya, di Kuta Beach Walk, Bali dan Tunjungan Plaza 4,
Surabaya .
Seluruh gerai GAP Indonesia berada di bawah naungan PT Gilang Agung
Persada. Anak perusahaan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk tersebut juga
mengelola gerai Guess, Lasenza, VNC, Superdry, Banana Republic, Celine,
Givenchy, Casio, Citizen, Nautica, Swarovski, dan lainnya.
Sementara, saat dikonfirmasi mengenai rencana penutupan
gerainya, Marketing Communications GAP Indonesia Karina Sulaksmono
tak banyak berkomentar. "Saya belum bisa mengkonfirmasi, kami juga
masih menunggu tindak lanjut dari induk usaha," ujarnya.
Yang pasti, Saratoga meraih laba bersih sebesar Rp 2,5 triliun pada
semester pertama tahun ini. Total aset yang dikelola emiten berkode SRTG itu
mencapai Rp 27 triliun. Sementara PT Gilang Agung Persada pada awal tahun
ini baru mendapat hak distribusi arloji Citizen serta hak penjualan wholesale untuk
produk Casio.
Lotus Tutup Ikuti Sevel, Industri Ritel Masuk Musim Gugur?
Jakarta - Sejumlah toko
ritel tahun ini melakukan aksi tutup gerai, bahkan sampai gulung tikar. Sebut
saja convenience store 7-11 Eleven, Matahari department store di Pasaraya
Manggarai dan Blok M, serta terakhir Lotus department store di kawasan
Thamrin.
Tahun ini, 7- Eleven telah menutup seluruh gerai yang ada di Indonesia. Terhitung per 30 Juni 2017 lalu, seluruh gerai Sevel di bawah manajemen Modern Sevel Indonesia (MSI) berhenti beroperasi.
Manajemen menyebutkan, tutupnya gerai disebabkan perusahaan memiliki keterbatasan sumber daya untuk menunjang kegiatan operasional 7-Evelen.
Selain itu, penutupan juga sebagai imbas batalnya rencana akuisisi seluruh gerai Sevel beserta aset-asetnya oleh PT Charoen Pokphand Restu Indonesia, yang merupakan anak usaha dari PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN). Pembatalan tersebut lantaran tidak tercapainya kesepakatan atas pihak-pihak yang berkepentingan.
Setelah Sevel, pada September 2017 masyarakat dikejutkan dengan pesan melalui Whatsapp yang beredar, Matahari department store akan menutup dua gerainya di Pasaraya Manggarai dan Pasaraya Blok M. Pihak Matahari pun memberikan diskon besar-besaran sebagai salah satu cara untuk menghabiskan barang dagangan.
Corporate Secretary & Legal Director PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), Miranti Hadisusilo, saat itu mengatakan penutupan cabang tersebut dilakukan karena pemasukannya tidak sesuai yang diharapkan. Hal itu lantaran pengunjung di kedua cabang tersebut terbilang sepi.
Dia juga mengakui, kinerja keuangan dari kedua gerai tersebut jarang sekali mengantongi untung. Miranti menjelaskan, kedua gerai tersebut beroperasi sejak 2015. Biasanya satu gerai Matahari sudah balik modal dalam waktu 1 tahun. Namun hingga kini kedua gerai itu belum mencapai titik balik modal atau Break Even Point (BEP).
"Untuk cabang lainnya masih dalam keadaan sehat dan mampu meraup penjualan yang positif," kata dia. Hingga akhir Juni Matahari mengantongi penjualan sebesar Rp 10 triliun dari jumlah toko sebanyak 156 cabang.
Kemudian paling baru satu bulan setelah Matahari tutup gerai, PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAP) menutup gerai Lotus Department Store di Thamrin. Manajemen menyebutkan akan menutup 5 cabang Lotus karena kinerja yang kurang baik.
Keputusan untuk menutup gerai adalah bagian dari strategi perseroan untuk melakukan restrukturisasi toko ritel yang dimiliki.
MAP akhir tahun juga akan menutup gerai Debenhams yang lisensinya berasal dari Inggris. Head of Corporate Communication MAP, Fetty Kwartati, mengatakan keputusan tersebut diambil setelah mempertimbangkan perubahan tren ritel secara global. Apalagi perubahan gaya berbelanja dari offline ke online mulai merambah Indonesia
Dia menjelaskan di seluruh dunia, tren berbelanja generasi millenial telah beralih dari department store, dan memilih untuk berbelanja di gerai specialty store. Hal ini juga terjadi tidak terkecuali di Indonesia.
Sejalan dengan tren pasar saat ini, MAP akan terus berinvestasi pada bisnis Active, Fashion dan Food & Beverage. "Indonesia juga melihat pertumbuhan signifikan industri e-commerce yang berdampak pada offline store," kata Fetty.
Sekedar informasi, Lotus dioperasikan oleh PT Java Retailindo (JR) yang sahamnya 100% dimiliki oleh MAP. JR telah beroperasi sejak tahun 2000 dan hingga akhir Juni asetnya Rp 49,5 miliar.
Menanggapi toko ritel yang berguguran, Menko Perekonomian, Darmin Nasution, menjelaskan ini adalah hal yang normal dalam bisnis, karena saat ini situasinya sudah berkembang dan menjadi dinamis.
Selain itu, kata Darmin, tutupnya ritel atau munculnya ritel baru juga menjadi bagian dari hal yang normal. "Ada yang tersingkir ada yang bangkit dan ada yang muncul. Normal," ucapnya.
Darmin mengatakan, tumbangnya sejumlah toko ritel terjadi bukan karena penurunan daya beli. Namun karena pelanggan atau pembeli yang mulai berkurang. (wdl/wdl)
Gap tahun
ini tutup 75 toko
Sabtu, 21 Mei 2016 16:54 WIB
New York
(ANTARA News) – Grup retail Gap Inc pada Kamis (19/05) mengatakan mereka akan
menutup 75 tokonya tahun seiring penjualan yang merosot. Toko yang ditutup itu
termasuk 53 outlet brand Old Navy di Jepang.
Seperti
dikutip dari AFP, retailer yang berbasis di San Francisco itu juga
memperingatkan bahwa mereka mungkin tidak bisa mencapai perkiraan pendapatan
sebelumnya untuk tahun ini, mengingat beberapa hambatan yang menghantam
industri pakaian. Hal itu dikemukakan saat Gap mengumumkan penurunan pendapatan
kuartal pertama.
“Old Navy akan
menggeser fokusnya ke pasar yang paling menguntungkan bagi pertumbuhan brand
tersebut,” kata perusahaan tersebut untuk menjelaskan penutupan toko mereka di
Jepang.
Mereka
menunjuk pada pasar Amerika Serikat (AS) dan Meksiko serta Tiongkok saat mereka
berfokus pada Old navy, brand dengan harga termurah.
Gap mengatakan
bahwa Jepang “masih menjadi pasar penting” dengan keberadaan lebih dari 200
toko Gap dan Banana Republic.
Penutupan itu,
ditujukan untuk memangkas biaya keseluruhan, juga akan mencakup outlet Banana
Republic, sebagian besar di antaranya di pasar internasional, walaupun lokasinya
tidak disebutkan secara rinci.
Komentar
Posting Komentar